Langgamku seribu
Bertaut dengan elok nan ayu
Menggebu dalam satu Indonesiaku
Serta menari dengan gemintang bhinekaku
Namun tunggu !
Apa arti satu jika tak ada sang cucu
Jamahan yang bergelut dengan negriku yang rancu
Pawana nadu yang tak henti terbius atas hiruk pikuk budayaku yang beradu
Menangis, merintih, meronta, dan tetap saja larut lagi dan lagi

Negriku hilang jati diri
Budayaku lekang akan laju sang waktu
Secuil yang menyelam akan transformasi langgam
Cuma ragam luar, langgam liar yang patas
Bukan pantas memang, patas untuk kau puja
Kau dewakan dengan rajutan bulan yang aslinya menahan dendam
Meyibukkan, entah sibuk sendirian
Menjual jati diri, acuh akan negeri, dan tak mau tau akan nanti

Sudah cukup begini saja
Bangun dan perbaiki negeri
Jati diri pertiwi sedang kritis
Antara iya untuk terus maju
Atau iya untuk tetap mundur
Mau nunggu siapa untuk berbenah ?
Mau menyerah ?
Tak tau arah ?
Jika tau begini dilepeh mentah mentah oleh pertiwi ini

Mau kau bawa kemana warisan Soekarno ?
Titisan Bung Hatta ?
Tinggalan Raden Ayu ?
Katanya NKRI harga mati
Indonesia gemah ripah loh jinawi
Sekarang pertiwi hanya merintih
Melihat langgam yang mau lunga ikut reformasi
Dan terapung apung siap menepi

Penulis: Ocvita Rohmadhona