LENTERA MALAM
Langit malam bagaikan tirai hitam tanpa bintang, hanya bulan purnama yang memancarkan cahayanya yang temaram. Aku duduk di kursi tua di samping ranjang ayah, mataku tak lepas dari wajahnya yang pucat pasi. Demamnya tak kunjung mereda, dahinya terasa panas membara. Batuknya yang sesekali terdengar seperti jeritan kecil menembus keheningan malam. Ayah terbaring lemas, badannya kurus kering tak seperti sosoknya yang dulu begitu gagah dan penuh energi. Aku tahu dia sakit parah, tapi dia menolak keras untuk dibawa ke rumah sakit. Trauma masa lalunya masih membekas, kenangan pahit tentang pelayanan buruk yang diterimanya dari rumah sakit masih menghantui. “Nak, tolong...
Read More