Category: Ragam

Pancasila Pembawa Sukacita

Ku angkat kepala menatap panji diantara bulu emas berkilau yang terpatri dalam hati membasuh kekuatan dirimu   Pancasila dengarkan suara hati merana ini dengarkan tetasan darah menitih dalam hati terlalu sakit saat mulut ini raup jemari   Pancasila jadilah pelipur lara jadilah pengrajut luka karena dirimulah teluk asmara menjara   kau disini menaungiku merebut kembali pesonaku membentengiku seakan baja yang terpaku...

Read More

Langgam ku Terapung

Langgamku seribu Bertaut dengan elok nan ayu Menggebu dalam satu Indonesiaku Serta menari dengan gemintang bhinekaku Namun tunggu ! Apa arti satu jika tak ada sang cucu Jamahan yang bergelut dengan negriku yang rancu Pawana nadu yang tak henti terbius atas hiruk pikuk budayaku yang beradu Menangis, merintih, meronta, dan tetap saja larut lagi dan lagi Negriku hilang jati diri Budayaku lekang akan laju sang waktu Secuil yang menyelam akan transformasi langgam Cuma ragam luar, langgam liar yang patas Bukan pantas memang, patas untuk kau puja Kau dewakan dengan rajutan bulan yang aslinya menahan dendam Meyibukkan, entah sibuk sendirian...

Read More

Jadi Sampah Jalanan

Menggelepar kesana kemari kawan terguling, terbang, terbanting di pinggir jalan dipijak atau tertindas tak dihiraukan lari atau tertatih tak diperhatikan tak pula dipedulikan berakhir di selokan atau di tempat pembuangan dasar sampah! begitulah nasibmu hanya dipandang, namun tak dipungut selesai guna, maka direnggut dibiarkan hingga mengkerut terdengar masam juga kecut terkadang kau bersembunyi di balik rumput kamu sampah, tak punya takut keroyokan timbulkan ribut aromamu membawa penyakit akut kronis dan buat predator kalang kabut terbirit meninggalkan hutan kabut   Penulis: Ilham...

Read More

Kolusi Kelas Hierarki

“Kas… Kas… yang tidak bayar kas akan kena denda!” teriak Dewan sembari membawa buku catatannya. Dengan senyum sumringah, Dewan menghampiri bangku gadis paling cantik di kelas, Ningrat namanya. “Hai, Ning! Pagi ini sudah terlihat indah saja atau mungkin parasmu yang memperindahnya?” rayu lelaki itu. Sementara Ningrat duduk di bangkunya sembari tersipu-sipu. Hati Ningrat memang sudah tertambat sejak lama pada Dewan. Ia pun menyerahkan sebungkus coklat untuk Dewan sebagai bukti cintanya. “Terima kasih, kalau begitu aku akan menagih siswa lain dulu,” ujar Dewan usai mengambil sebatang coklat mahal itu. Ning hanya melambai tanpa mengikuti kemana punggung Dewan akan berhenti selanjutnya. ...

Read More

Mereka Itu Hebat

Dinginnya cuaca pagi hari ini membuatku ingin tetap bergelung dibawah selimut dan malas untuk beranjak dari tempat tidurku. Apalagi tadi aku baru bisa tidur setelah sahur karena semalam begadang menyelesaikan pekerjaanku. Dering alarm dari HP yang terus berbunyi membuatku mau-nggak mau bangkit dari tempat tidurku mengingat aku harus bekerja. Aku bekerja sebagai staf bagian desain grafis di perusahaan media di salah satu kota, yang membuatku harus merantau dan tinggal di kosan.. “Yok kerja yok jangan males, inget kamu bukan anak sultan, kalo nggak kerja mau makan apa, apalagi bentar lagi lebaran, masih banyak kebutuhannya.” Motivasiku pada diri sendiri biar...

Read More