Notice: Function WP_Scripts::localize was called incorrectly. The $l10n parameter must be an array. To pass arbitrary data to scripts, use the wp_add_inline_script() function instead. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 5.7.0.) in /home/diannsor/public_html/wp-includes/functions.php on line 5866
Opini Archives - DIANNS.ORG

Category: Opini

Raja Ampat Terancam Tamat: Antara Tambang dan Harapan Pelestarian

Penyelamatan Raja Ampat menuntut langkah konkret: peninjauan ulang izin-izin tambang yang bermasalah, penegakan hukum yang tegas, pengawasan lingkungan yang ketat, serta pelibatan aktif masyarakat adat dalam pengambilan keputusan. Hanya melalui kolaborasi lintas sektor dan komitmen jangka panjang, Raja Ampat dapat diselamatkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Sebagaimana pesan banyak pejuang lingkungan: “Kita kuat jika bersama. Hanya dengan menjaga alam, kita menjaga kehidupan.”

Read More

PERLINDUNGAN KEBEBASAN PERS YANG TERANCAM

Baru-baru ini, kantor media Tempo menerima kiriman kepala babi dengan telinga terpotong serta beberapa bangkai tikus yang dipenggal. Insiden teror terhadap jurnalis Tempo tersebut menyoroti ancaman nyata terhadap kebebasan pers di Indonesia. Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) menilai aksi teror tersebut sebagai bentuk ancaman yang berkaitan dengan upaya menghalangi kerja jurnalistik dan kebebasan pers. Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, mengutuk keras aksi tersebut dengan mengatakan “Saya mengutuk pelaku teror terhadap Majalah Tempo. Saya tidak pernah setuju cara-cara biadab seperti itu,” kepada wartawan. Namun, tanggapan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menuai kontroversi. Ketika dimintai tanggapan akan hal tersebut Hasan mengatakan...

Read More

Cara Ini Bisa Jadi Alternatif Kamu dalam Memperingati Hari Pahlawan

Cara Ini Bisa Jadi Alternatif Kamu dalam Memperingati Hari Pahlawan Meski tak termasuk ke dalam salah satu hari libur nasional, tetapi peringatan atas peristiwa kepahlawanan tak boleh sampai dilupakan. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, tanggal 10 November akan selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan setiap tahunnya. Tanggal ini dipilih untuk mengenang sekaligus memperingati peristiwa heroik arek-arek suroboyo dalam pertempuran melawan sekutu guna mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di Kota Surabaya pada rentang waktu 29 Oktober — 10 November 1945. Peringatan ini dimulai pada era kepemimpinan Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Pada tahun ini, Bangsa Indonesia akan memperingati hari pahlawan untuk yang ke-65 kalinya terhitung sejak keputusan presiden tersebut dikeluarkan. Tentunya, ragam sekali cara yang bisa dilakukan untuk memperingati peristiwa tersebut. Beberapa diantaranya adalah dengan melakukan upacara bendera, menggelar doa bersama, dan masih banyak lainnya. Tapi, bagaimana jadinya kalau hari pahlawan diperingati dengan berjalan-jalan di Kota Surabaya? Ya, Kota yang dikenal dengan julukan Kota Pahlawan tersebut nyatanya menyajikan banyak destinasi wisata, tak terkecuali destinasi wisata edukasi yang menyangkut perjalanan bangsa Indonesia. Salah satu destinasi wisata edukasi sejarah yang bisa kamu kunjungi di Kota Surabaya dalam rangka memperingati hari pahlawan adalah Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember. Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember merupakan dua destinasi wisata pertama yang terletak di satu komplek yang sama dengan luas lahan mencapai...

Read More

Pancasila di Era Digital: Relevan atau Kuno?

Di tengah derasnya arus digital, kita kerap bertanya-tanya, apakah Pancasila yang lahir dalam perjuangan kemerdekaan, masih relevan di era teknologi modern? Ataukah ia hanya sekadar peninggalan kuno yang sulit disesuaikan dalam kenyataan digital saat ini? Di balik kebingungan ini, Pancasila sesungguhnya bukanlah dokumen yang kaku atau terbelenggu oleh zaman. Nilai-nilainya yang abadi—keadilan, kemanusiaan, dan persatuan—sangat relevan dalam menghadapi tantangan besar di era digital Warisan Sejarah, Kompas Masa Kini Pancasila dirumuskan dalam situasi yang penuh tantangan—penjajahan, perpecahan, dan kemiskinan. Namun, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya melampaui batas waktu. Sebagai pedoman, Pancasila tertanam kuat pada semangat persatuan, keberagaman, dan keadilan sosial. Meskipun lahir dalam konteks perjuangan fisik, intisari dari nilai-nilai Pancasila tetap hidup dan dapat diterapkan di dunia yang kini Di era digital saat ini, teknologi telah merombak cara kita berinteraksi, bekerja, bahkan berpikir. Media sosial memudahkan penyebaran informasi, namun juga menjadi medan subur bagi hoaks, kebencian, dan radikalisme. Polarisasi masyarakat semakin menguat, merusak rasa persatuan yang dulu begitu terjaga. Ancaman terhadap nilai-nilai Pancasila tidak lagi datang dalam bentuk penjajah fisik, melainkan dalam bentuk disinformasi Survei literasi digital generasi muda Indonesia menunjukkan fakta yang menarik. Banyak dari mereka yang masih rentan terhadap informasi palsu dan propaganda di media sosial. Penggunaan platform digital oleh kelompok radikal untuk merekrut anggota baru, terutama anak muda, menjadi ancaman nyata bagi persatuan bangsa. Selama pandemi, peningkatan jumlah hoaks dan kebencian menjadi bukti nyata betapa nilai-nilai Pancasila...

Read More

MEREFLEKSI DEMOKRASI

MEREFLEKSI DEMOKRASI “Government of the people, by the people, and for the people” Atau ketika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi pemerintahan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Mungkin itu adalah satu dari sekian banyak definisi dari demokrasi. Ungkapan yang dikenal oleh masyarakat luas tersebut merupakan pendapat dari Presiden Amerika Serikat ke-16—Abraham Lincoln dalam “Gettysburg Address” pada tahun 1863. “Demokrasi adalah proses di mana orang-orang memilih seseorang yang kelak akan mereka salahkan” Pendapat lain tentang demokrasi di atas lahir dari Bertrand Russell—filsuf, ahli matematika, dan kemudian menjadi satu di antara lebih dari ratusan definisi demokrasi yang ada saat ini. Sebagian orang berhak untuk tidak sepakat dengan pengertian tersebut, tapi rasa-rasanya masuk akal juga. Apabila kita cermati dari dua pengertian di atas saja, maka demokrasi memiliki kaitan yang erat dengan rakyat dan proses politik. Maka hemat saya, rakyat yang baik—bijak, terdidik, berpengetahuan, matang, dan hal-hal baik lainnya akan menjadi instrumen proses politik yang ideal dan pada akhirnya akan menghasilkan pemimpin yang ideal pula. Begitupun sebaliknya. Maka pertanyaan setelahnya, apakah kita sudah menjadi rakyat yang ideal dan menjadi bagian dari instrumen proses politik yang baik? Lalu sudahkah kita pantas untuk berharap mendapatkan pemimpin yang semestinya didapatkan? Tentu jawabannya akan beragam. Tak akan ada yang sama antara satu mulut dengan mulut lainnya. Tapi secara umum, saya akan katakan belum. Belum karena tingkat literasi kita masih peringkat 70 dari 80 negara dengan skor 359...

Read More