Kamis (08/12/2022) beberapa mahasiswa FIA UB mengunggah dua instastory atau snapgram terkait permasalahan prosedur pengambilan formulir calon presiden dan wakil presiden BEM FIA UB. Instastory pertama berbunyi “Belum berjuang sudah (dipaksa) tumbang” dengan melampirkan foto Rizki Kurniawan dan Enrico Aro yang gagal menjadi calon presiden dan wakil presiden BEM FIA UB. Instastory kedua memuat beberapa poin mengenai salah prosedur pengambilan formulir, salah satunya ialah kurangnya transparansi panitia Pemilwa mengenai info Pemilwa.
Kurangnya transparansi tersebut terkait dengan persyaratan pengambilan formulir calon presiden dan wakil presiden BEM FIA UB, yaitu persyaratan Surat Rekomendasi minimal Lektor Kepala yang tidak ada di Undang-Undang Pemilwa. Hal itu menjadi hambatan bagi pasangan calon (paslon) untuk melakukan pengambilan formulir.
Rizki Kurniawan menyatakan, “Surat Rekomendasi Lektor Kepala tidak tercatat di UU Pemilwa. Jadi, sekiranya mereka (baca: panitia pemilwa) mau menambahkan syarat seharusnya itu disosialisasikan, karena para paslon berpatokan pasti dari UU terlebih dahulu.”
“Lektor Kepala merupakan dosen senior yang tingkatannya dibawah guru besar, maka akan susah untuk dihubungi. Nah itu yang akhirnya membuat kita keberatan dan kita merasa bahwa itu cenderung tidak rasional.” imbuh Rizki Kurniawan.
Enrico selaku Calon wakil Presiden BEM yang gagal mencalonkan diri juga menyatakan bahwa sosialisasi terkait Pemilwa yang dilaksanakan di live Instagram @pemilwafia2022 kurang menjawab pertanyaan dari beberapa mahasiswa. “Sudah banyak penanya menyampaikan beberapa lontaran pertanyaan seputar bagaimana mekanismenya dan lain sebagainya. Namun, jawaban dari panitia Pemilwa hanya menjawab akan kami sosialisasikan lebih lanjut,” ucap Enrico
Enrico juga menjelaskan bahwa alasan adanya unggahan instastory tersebut karena adanya keresahan dari mereka tentang kurangnya sosialisasi panitia mengenai persyaratan pengambilan formulir. Menindaklanjuti keresahan terkait hal tersebut, Enrico dalam sesi wawancara bersama awak DIANNS mengungkapkan bahwa, “Kami berinisiatif untuk mengungkap kebenaran akan hal ini. Mungkin teman-teman sudah sering dan sudah banyak melihat muka kami berdua di sosial media. Beberapa tuntutan serta keresahan sudah kami sampaikan. Kami hanya berharap bisa menyuarakan bagaimana dan mengapa hal ini bisa terjadi.”
Sementara itu, Ketua Pelaksana Pemilwa yaitu Alif Farhan menolak untuk diwawancarai dengan alasan untuk menjaga netralitas.
Penulis: Prasiska
Editor: Laila dan Ernanda