Mahasiswa dari berbagai universitas di Kota Malang yang tergabung dalam Aliansi Suara Rakjat (Asuro) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Malang, Kamis (8/9/2022). Aksi unjuk rasa ini dilakukan untuk memperingati 18 tahun pembunuhan aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib dan mengusung judul “September Masih Hitam: Munir dan Keadilan yang Dipelintir”.
Massa aksi awalnya berkumpul di Gerbang UB Jalan Veteran. Sekitar pukul 4 sore, mereka sampai di arena demonstrasi, yang berada di depan Gedung DPRD Kota Malang. Menurut pantauan Awak DIANNS, aksi ini diikuti oleh ratusan demonstran. Beragam tulisan dalam spanduk dibentangkan oleh massa aksi, mulai dari ‘Hobi Rezim Keadilan Dipelintir, Masyarakat Ketar Ketir’, ‘Tetapkan Kasus Pembuhan Munir Sebagai Pelanggaran HAM Berat’, hingga ‘Mengutuk Kenaikan BBM’. Selain itu, terdapat juga mimbar bebas dan yel-yel yang digaungkan oleh demonstran di sepanjang aksi. Walaupun begitu, aksi unjuk rasa tidak sampai menutup arus lalu lintas di depan Gedung DPRD dan tetap berjalan dengan damai.
Terdapat beberapa poin tuntutan yang disampaikan massa aksi. Terkait pemenuhan hak asasi manusia, Asuro menuntut kepada presiden dan DPR untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu dan masa kini, sekaligus mendesak Komnas HAM untuk menetapkan kasus pembunuhan Munir sebagai pelanggaran HAM berat. Massa aksi juga mendorong pemerintah untuk menghapus poin-poin dalam RKUHP yang berpotensi memberangus demokrasi, menghentikan rencana pengembalian dwifungsi ABRI, dan segera melakukan percepatan agenda reformasi birokrasi POLRI. Perihal kenaikan harga BBM, massa aksi mendesak pemerintah untuk membatalkan kebijakan tersebut. Selain itu, massa aksi juga menuntut pemerintah untuk mengusut mafia migas, memperbarui regulasi mengenai penyaluran BBM, dan membuka data harian konsumsi BBM bersubsidi.
Perwakilan Asuro, Axel John menyatakan bahwa aksi ini akan terus rutin dilakukan selama tuntutan-tuntutan yang diajukan masih belum terpenuhi. “Aksi ini nafas perjuangannya masih panjang. Kedepannya, masih akan ada beberapa aksi yang dilakukan, termasuk advokasi isu melalui diskusi publik,” ungkapnya. Massa aksi membubarkan diri dengan tenang sekitar pukul setengah 6 sore.
Penulis: Benediktus Brian Iubilio
Editor: Prasiska Tri Wahyuni