Reporter: Candra Eka Prasetya dan Clara Dilasanti

Siapapun dengan sebuah pena bisa menorehkan sejarah,” Penahitam

Malang, dianns.org – Penahitam adalah komunitas gambar yang bermarkas di Desa Sumberejo, Kota Batu, dan terbentuk sekitar tiga tahun lalu (2012). Salah satu penggagas Penahitam, Didi ( @painsugar ), menjelaskan bahwa Penahitam adalah ‘taman bermainâ’, ruang untuk orang-orang yang suka menggambar dan berkegiatan bersama tanpa melihat suku, ras, agama, gender, dan golongan. Inti dari kegiatan Penahitam adalah untuk berteman, berkreasi, berkarya, berbagi, dan menyenangkan-senang.

Adapun, lanjut Didi kembali, penggunaan nama Penahitam ini karena komunitas ini berisi individu-individu yang memiliki kesukaan yang sama di bidang menggambar dan menggunakan warna hitam dalam gambarnya. Menurut mereka, warna hitam adalah negasi, kumpulan dari semua warna dalam takaran yang sama jika dicampur akan menghasilkan warna hitam. “Warna hitam itu juga yang ternyata jadi representasi kita. Kita dengan warna apapun, dari belakang apapun, saat kita berkumpul yang mewakili ya warna hitam itu,” kata pria berambut gondrong ini.

Tujuan dari Penahitam adalah sebagai ruang berkomunikasi antar seniman, ilustrator, desainer grafis, musisi, dan mendukung seniman muda di bawah radar untuk terus berkarya, berteman, berbagi dan bersenang-senang mandiri dan berkelanjutan. Penahitam telah menyelenggarakan beberapa kali pameran di daerah alternatif dan acara seru di berbagai acara seni lokal.

Berawal dari pameran di warung kopi dan media sosial

Terbentuknya Penahitam berawal dari empat orang yang melakukan pameran di salah satu warung kopi, di pojokan Kota Malang pada 21 januari 2012. Seusai pameran, untuk memudahkan berkomunikasi para penggaya penahit penutur bahasa di jejaring sosial Facebook. Hingga tulisan ini dibuat, grup Facebook Penahitam berpenghuni 10.000 orang lebih. “Itu masih dunia maya. Beberapa bulan lalu kita adakan gathering, ternyata memang benar nyata kita ini ada. Setelah hanya berkomunikasi lewat dunia maya dan akhirnya bertemu, ternyata kita memang benar-benar ada,” ?? Jelas Didi.

Beberapa bulan yang lalu, tepatnya 24-25 januari 2015, Penahitam mengadakan gathering di wisata paralayang, Bukit Banyak, Kota Batu. Pada acara yang bertajuk Penahitam Art & Music Camp Fest 2015 itu, pengunjung yang datang dari luar kota sebagian besar anggota Penahitam. Selain sebagai wadah untuk bertemunya para anggota Penahitam yang ada di berbagai kota dan terjang 3 tahun terbentuknya Penahitam, acara ini juga sebagai pasar kreatif dan festival seni

Penahitam juga diinisiasi diberbagai kota, sampai tulisan ini dibuat, sel / chapter inisiasi sudah terbangun dan berkegiatan di 12 kota, di kota yang sedang di Surabaya, Pandaan, Jember, Yogyakarta, Semarang, Jakarta, Tangerang, Makassar, Samarinda, dan beberapa kota yang sedang menggodok Menyusul terbentuknya. Sel / bab Penahitam di tiap kota tidak otonom dan tidak terpusat.

Setiap ada yang ingin membuka bab Penahitam di suatu kota, mekanismenya berawal dari pertemanan terlebih dahulu dan harus ada api jika menggunakan nama Penahitam. Koordinasi awal untuk membuka bab di suatu kota biasanya dilakukan melalui electronic massage (e-mail), untuk mengetahui seperti apa kondisi di kota tersebut dan hal apa yang bisa dibantu oleh chapter lain. “Mungkin hanya di dunia maya, tapi saya yahkin teman-teman juga ada keinginan untuk bertemu untuk ngobrol bareng,” kata pria yang memiliki nama pena painsugar ini.

Membawa semangat yang sama, Penahitam Bab Malang mengadakan pertemuan setiap dua minggu sekali dan berbagi banyak hal bersama. Mulai dari sharing tentang drawing, sketch jam , sampai art trading . “Saling mendukung satu sala lain, bahu-membahu untuk mengadakan pameran rutin, juga bertukar ide tentang pergerakan Penahitam Malang,” ?? Kata Didi.

Kolektif

Istilah jika dilihat dari sifatnya sebagai komunitas, Penahitam menyebut mereka adalah suatu kolektif. Didi menjelaskan hal tersebut yaitu Penahitam bukan pilihan untuk mencari masa yang banyak, namun tujuannya untuk mencari teman. Jika komunitas meliki masa banyak dan memiliki prioritas cara untuk komunitasnya besar, Penahitam tidak demikian. Penahitam lebih ke kolektif, karena memang awal terbetuknya dari individu-individu yang memiliki ketertarikan yang sama. “Sebenernya gini ya, perinsipnya kolektif buat kami itu gak perlu banyak orang. Lima orang kayak kita bisa main band, lima orang saling cocok dan sama ketertarikan, yaudah jalan,” ?? Jelasnya.

Penahitamurus bebas dan tidak mengikat, beretos kerja kemandirian dan kerjasama. Penahitam juga tidak berafiliasi dengan organisasi politik, agama dan baiklah. “Penahitam ini tidak ada organisasinya, tidak ada atasan bawahan, tidak ada struktural, kita semua berteman. Misalnya nanti ada yang suka uang ya ya bolong, ya se-alamiah itu lah. Karena kita tidak ingin jadi kaku seperti organisasi pada umumnya. Masuk, bebas mengeluarkan pendapatnya, “?? Kata Didi

Untuk genre atau aliran gambar dari Penahitam, sebenarnya tidak ada tema untuk karya apapun. Namun selama berjalannya komunitas ini, aliran gambar yang ada merupakan selengkap alamiah dari teman-teman Penahitam yang berkumpul. “Mungkin pada orang-orang yang kita sebut kita seni gelap atau apa, bebas lah orang-orang menyebut kita apa. Tapi yang jelas kita mau buat itu, ya itu,” jelas Didi. Penahitam tidak pernah memikirkan untuk tetap menjalankan suatu aliran seni tertentu, yang mereka bisa bekumpul, berteman, dan saling belajar. Membuat ekonomi alternatif untuk anggotanya juga salah satu yang menjadi kegitan meraka, salah desain t-shirt , barang dagangan , atau fanzine . ” Bisa kok kita bertahan dari gambar, nanti dijadiin desain t-shirt atau apa. Saling sharing pengalaman seperti itu yang lebih kita tekankan, “lanjutnya.

Menerbitkan Fanzine (majalah berpola terbatas)

Penahitam juga menerbitkan fanzine (majalah berpola terbatas). Hingga saat ini Penahitam sudah terbilang majalah edisi ke-5. Setiap saat ada satu sampai dua majalah yang diterbitkan oleh Penahitam. Namun mengenai kipas angin ini, Penahitam tidak pernah mematok dateline dan berapa kali terbit untuk satu tahun. “Supaya kitd TIDAK seperti BEKERJA, KARENA Memang Prinsipnya menyenangkan . JIKA Terlalu rutin Dan seperti kerja gitu yang ADA dateline ya ngapain ? Jadi mekanismenya Lebih Baik dipikirkan temanya Sampai bener-bener matang terlebih PT KARYA CIPTA PUTRA, kumpulin energinya, baru terbuka pengajuan untuk review karyanya,” jelasnya .

Setiap edisi majalahnya, Penahitam tidak banyak diminati. Majalah edisi ke 5 misalnya, hanya mencetak sebanyak 500 eksemplar saja. Untuk menjaga keautetikannya, pada setiap majalah dibubuhkan nomor seri tangan ( nomor hand ). “Mungkin kalian bisa membajaknya, tapi kalian di situ gak akan bisa dapet autentiknya,” kata Didi.

Fanzine Penahitam telah menyebar dihampir seluruh kota-kota di nusantaran dan bahkan ke Malaysia, Singapura dan Australia. Melalui, salah satunya, beli majalah dan mengeluarkan produk-produk lainnya, Penahitam berusaha menjaga kebersamaan, kemandirian, dan prinsip swakelola mereka. “Mungkin ada yang bertanya biayu dari mana? Biayanya dari hasil patungan teman-teman, tiap ada teman beli barang dagangan kita, beli majalahnya, sebagian hasilnya untuk keberlanjutan kita. Intinya bagaimana kita bisa menjaga kebersamaan, kemandirian, dan swakelola itu,” ?? Pungkasnya

Fotografer: Clara Dilasanti (diambil saat pameran Penahitam di acara Mad Fest 2015)