Penulis: Meyulinda Krisnawati
Pada suatu pagi yang cerah ketika semilir angin yang berhembus melewati sela-sela rimbunnya hutan. Tinggallah seekor serigala yang gagah tengah berjalan sambil sesekali mengendap-endap mengamati situasi di sekelilingnya. Mencoba memastikan apakah keadaan sudah aman atau belum. Bukan tanpa alasan serigala melakukan itu. Perlahan serigala mendekati pohon dimana terdapat sarang burung pada salah satu rantingnya.
“Akhirnya aku bisa makan enak hari ini.“ gumamnya seraya tersenyum licik. Terdapat tujuh sampai delapan butir telur di sarang itu. Jumlah yang cukup banyak untuk menjadi delapan anak burung nantinya. Tanpa rasa bersalah, dilahapnya telur-telur itu tanpa tersisa. Tak puas dengan satu sarang burung, serigala melanjutkan pencarian menuju pohon lain. Berharap mendapatkan makanan dari sarang burung yang lain. Benar saja pencariannya membuahkan hasil. Dan nampaknya keberuntungan sedang berpihak padanya. Ia mendapat telur burung yang berbeda dari sebelumnya. Disamping ukurannya yang lebih besar, rasanya pun lebih nikmat.
Serigala tengah asik menyantap telur-telur itu tatkala terdengar jeritan burung di pohon lain. “Dimana telur telurku? kenapa mereka tidak ada di temapatnya?” raut mukanya terlihat kebingungan saat mendapati sarang burungnya telah kosong. Mendengar jeritan tersebut, serigala lantas menghentikan melahap telur-telur itu. Segera ia menyembunyikan sisa cangkang telur yang dimakan karena takut tertangkap basah.
“Serigala apakah kamu melihat telur telurku yang hilang? aku sudah mencari kesana kemari, tapi tetap tidak ketemu” tanya burung itu kepada serigala. Raut mukanya masih terlihat kebingungan. Serigala pun ikut kebingungan mencari jawaban yang tepat. “Te..te..Telur a..a..apa burung? aku tidak melihat dari tadi telur yang kau maksud, a..a…ku baru saja lewat” ujarnya terbata-bata. “Baiklah serigala, jika kamu menemui telurku tolong beritahu aku. Eh tunggu, apa itu cairan kuning di mulutmu? bukan kan itu seperti..”
“Bukan cairan apa-apa, aku pergi dulu ya burung. Akan kuberitahu kalau aku menemukan telurmu. Dahh.. “ sesegera ia berlari menjauh dari burung.
Melihat gelagat serigala yang mencurigakan, burung berprasangka jika telurnya bukan hilang, tetapi dimakan oleh serigala. Tetapi burung tidak bisa langsung menuduh serigala begitu saja, sebab tidak memiliki bukti apapun. Keesokan harinya burung lain juga mengeluhkan telur-telurnya yang hilang dimakan serigala. Bahkan sempat salah seekor burung lain mendapati serigala bearada di sekitar sarang mereka pada saat itu. Bertambahlah kecurigaan burung-burung itu kepada serigala. Namun tetap saja tidak ada bukti jika serigala yang memakan telur mereka. Akhirnya mereka bersepakat untuk mencari pelaku yang mencuri telur mereka dengan meminta bantuan kancil. Kancil terkenal dengan kepandaiannya dalam menemukan jalan keluar suatu permasalahan. Benar saja, kancil memiliki ide cerdik yang sekaligus dapat memberi hukuman pada si pencuri telur.
Hari esok pun tiba, dengan segala rencana yang sudah di persiapan burung serta kancil. Mereka bersembunyi agar bisa melihat wajah si pencuri. Tak lama berselang serigala pun datang dan langsung menghampiri pohon yang terdapat sarang burung dengan telur di dalamnya. Tak perlu waktu lama, serigala lantas melahap telur-telur tersebut. Selang beberapa waktu setelahnya, serigala meraung-raung karena perutnya kesakitan. Burung dan kancil pun keluar dari persembunyian.
“ Tolong aku burung, tolong aku kancil. Perutku sakit sekali.” Teriak serigala dengan raut muka kesakitan.
“Ini adalah balasan atas perbuatan yang telah kamu lakukan pada burung “ ujar kancil.
“Benar. Itu adalah balasan untuk kamu serigala.” lanjut burung dengan kesal.
Terang saja perut serigala sakit, karena telur yang dimakan ternyata merupakan telur busuk. Dengan begitu tindakan serigala pun terbongkar. Ia juga langsung menerima hukuman atas perbuatannya. Selesai.
Cerita tersebut merupakan salah satu dongeng yang diceritakan oleh bapak sewaktu aku masih kecil. Menceritakan dongeng adalah hal wajib yang dilakukan bapak sebagai penghantarku tidurku. Dan ketika aku kecil aku selalu tertidur oleh dongeng yang diceritakan bapakku. Entah sudah berapa dongeng yang diceritakan oleh bapakku. Nyatanya aku tumbuh dengan dibekali banyak pesan moral dari cerita dongeng itu. Yang secara tidak langsung tertanam pada diriku.
Kini diumurku yang ke dua puluh tujuh tahun, aku bisa dikatakan telah sukses dalam hal finansial, dengan menjadi seorang penulis. Banyak dari buku bukuku terinspirasi dari dongeng yang dibacakan oleh bapakku dulu. Menurutku bapak menanamkan nilai-nilai hidup padaku melalui cerita dongengnya. Yang tanpa disadari membentukku menjadi seperti ini.
Satu pagi yang cerah di Hari Sabtu, aku memutuskan untuk berkunjung ke rumah bapak yang ada di kampung. Rasanya sudah cukup lama aku tidak kesana karena disibukkan dengan pengerjaan buku yang harus diselesaikan.
“ Assalamualaikum..“
“ Waalaikumsalam nak..“ terdengar suara sautan dari dalam rumah, dengan langsung mengenali suaraku.
Terlihat dua orang yang terlihat cukup tua, tengah asik duduk bersantai sembari menyantap pisang goreng dan teh. Ditemani dengan musik keroncong khas Jawa yang lembut. Merekalah ibu dan bapakku. Aku menghampiri mereka. Percakapan pun tak terhindarkan sebagai obat rindu sebab sudah lama tidak bertemu.
“Kamu masih ingat kan dengan cerita dongeng yang pernah bapak ceritakan dulu?” tanya bapak suatu ketika padaku
“Masih pak, bapak tumben sekali menanyakan hal ini, kenapa pak ?” jawabku dengan nada bingung
“ Tidak, bapak cuma mau mengingatkan saja. Sebentar lagi jika kamu menikah dan punya anak, ceritakan dongeng-dongeng itu pada anakmu. Bapak tidak mau nanti cucu-cucu bapak tertidur bukan karena dongeng yang kamu ceriakan, tapi karena gawai di tangannya.” Jawabnya dengan serius
“Iya pak, aku memang sudah berencana untuk melakukannya suatu saat nanti. Sebab nilai-nilai kehidupan yang bapak tanamkan ke aku lewat dongeng sangat berpengaruh di dalam kehidupanku pak.” Jawabku dengan bangga, merasa beruntung mendapatkan nilai-nilai hidup dari dongeng yang diceritakan bapakku.
Ilustrator: Evryta Putri