Reporter/Foto : Shochihatuz Z. F./ Rani Auliawati R./ Choirul Umam
Malang,LPMDIANNS.com – Tidak sedikit yang masih menganggap kalau teater itu membosankan. Namun, anda bisa meralat lagi persepsi tersebut ketika melihat pagelaran teater berjudul Opera Susila diselenggarakan dalam memperingati Dies Natalis KUTUB yang ke-11 pada Rabu (13/03/2013) kemarin. Pertunjukan tersebut juga untuk memperingati Hari Wanita yang diperingati pada (10/03/2013). Sekitar 200 orang memadati Gedung Samantha Krida (SAKRI) untuk menyaksikan opera yang bertemakan tentang KESUSILAANÂ.
Di depan Gedung SAKRI pengunjung sudah disuguhkan dengan kalimat himbauan yang menyindir. Seperti himbauan tata tertib sidang dan kalimat larangan yang disimbolkan dengan gambar tikus, anjing dan kecoa. Memasuki ruang pameran, pengunjung dikejutkan oleh kursi yang bertumpuk seperti gunung dan diletakkan bra pada puncaknya. Kucing sapaan akrab sang sutradara menjelaskan filosofi bra tersebut sebagai refleksi dari setiap kasus politik yang terjadi sudah mulai memojokkan sosok perempuan didalamnya.
Teater yang dulu pernah dibawakan secara monolog oleh Butet Kertaradjasa kini dikemas kembali dengan perpaduan gerak, tari, dan musik. Teater yang menceritakan tentang batasan antara pornografi, pornoaksi, dan erotisme yang masih dalam ruang abu-abu. Sehingga produk undang-undang kesusilaan hanya menimbulkan perkara semu antara moralitas dan ekspresi. Lakon yang diperankan dengan watak dan latar cerita yang bisa diikuti penonton membuat pertunjukan tersebut mampu meraih tepuk tangan dan sorak-sorai penonton dari awal sampai akhir pertunjukan.
Dengan adanya opera ini sutradara berharap para mahasiswa hingga masyarakat luas mampu menyingkirkan ego pribadi dan memandang batasan batasan pornografi dan pornoaksi secara objektif bukan subjektif.