Universitas Brawijaya menggelar Rangkaian Acara Jelajah Almamater (RAJA Brawijaya) secara blended (bauran daring dan luring) pada tanggal 16-18 Agustus 2022. Selama 3 hari berturut-turut, 15.363 mahasiswa baru Universitas Brawijaya angkatan ke-60 melakukan kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Kegiatan diawali dengan upacara pembukaan di lapangan rektorat pada tanggal 16 Agustus, lalu dilanjut dengan kegiatan Orientasi Pendidikan (Ordik) dan Orientasi Mahasiswa (Ormawa) selama 2 hari, yaitu pada tanggal 17 dan 18 Agustus, dan bertempat di Gedung Samantha Krida.

Mekanisme Blended Pelaksanaan RAJA Brawijaya

Jumlah kasus baru positif COVID-19 di Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2022 berjumlah 5.869 kasus. Hal ini jauh lebih rendah dibandingkan puncak COVID-19 pada tanggal 16 Februari yang mencatatkan 64.718 kasus baru. Kegiatan hiburan masyarakat seperti konser musik dan acara olahraga perlahan mulai dibuka secara penuh. Seluruh fakultas di Universitas Brawijaya juga telah melakukan kegiatan belajar mengajar secara luring. Namun, hal tersebut tidak membuat panitia penyelenggara RAJA Brawijaya 2022 memutuskan untuk melaksanakan kegiatan PKKMB secara luring sepenuhnya. Melainkan, kegiatan PKKMB tahun ini masih dilaksanakan secara blended.

Pembagian peserta secara daring dan luring pun dibagi berdasarkan cluster dan sesi. Terdapat sekitar 500 mahasiswa baru yang menghadiri upacara pembukaan RAJA Brawijaya dan sekitar 3000 mahasiswa baru yang menghadiri Ordik dan Ormawa PKKMB RAJA Brawijaya 2022 secara luring. Sedangkan sisanya mengikuti kegiatan ini secara daring melalui kanal Youtube maupun Zoom Meeting. Sehingga, tidak semua mahasiswa baru mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan PKKMB RAJA Brawijaya 2022 secara luring.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Abdul Hakim dalam Konferensi Pers yang diadakan pada hari pertama RAJA Brawijaya, 16 Agustus 2022 di Gedung Samantha Krida menjelaskan bahwa mekanisme blended dilakukan akibat dari pertimbangan pandemi. “Kami belum berani laksanakan luring, walau banyak PT lain yang sudah luring penuh. Angka pandemi masih tinggi 5000-6000 per hari. Kami belum berani, panitia pun kami wajibkan booster dengan difasilitasi oleh UB,” jabarnya.

Sejalan dengan Abdul Hakim, Eriko Prawestiningtyas selaku Ketua Orientasi Mahasiswa (ORMAWA) UB 2022 menyampaikan terkait alasan dilakukannya mekanisme pelaksanaan RAJA Brawijaya secara blended. “Peraturan pemerintah belum dicabut akan status pandemi, maka tetap, apalagi ada beberapa tambahan kasus Covid di daerah Jakarta. Kita mengantisipasi banyaknya mahasiswa yang sudah termobilisasi ke Malang, sehingga kita mencoba untuk menggabungkan potensi untuk mencampur kegiatan PKKMB secara daring dan luring,” tegasnya.

Wakil Ketua Pelaksana (Waketupel) RAJA Brawijaya, Putri Kusuma Dewi, juga menyatakan bahwa kegiatan RAJA Brawijaya diadakan secara blended karena arahan dari pihak rektorat. Terlebih, saat ini terdapat potensi virus baru yaitu cacar monyet yang dapat mengancam kegiatan ini. “Kita juga menimbang banyaknya mahasiswa yang ada, sekitar 15 ribu, tidak seperti jumlah mahasiswa baru di universitas lain. Tentunya kita tidak bisa mendatangkan mahasiswa sebanyak itu,” ujarnya.

Siasat Panitia Mempersiapkan RAJA Brawijaya

Waketupel RAJA Brawijaya menjelaskan terkait persiapan panitia dalam menghadirkan kegiatan RAJA Brawijaya tahun ini. Mengingat, seluruh panitia yang bertugas merupakan angkatan 2020 dan 2021 yang tidak berpengalaman mengikuti RAJA Brawijaya secara luring.

Ia mengatakan bahwa persiapan untuk RAJA Brawijaya tahun ini dilakukan sejak akhir bulan Juni. Persiapan tersebut bisa dibilang cukup mepet, dikarenakan panitia hanya memiliki waktu persiapan kurang dari 2 bulan sebelum rangkaian awal dimulai. Oleh karena itu, menurut Putri, panitia melakukan beberapa kali upgrading. Tujuannya, agar panitia dapat memiliki persiapan yang matang. “Contohnya, SPV melakukan upgrading kepada dokter untuk penanganan pertama,” ujar mahasiswa asal Fakultas Pertanian tersebut.

Puteri juga mengatakan bahwa persiapan panitia RAJA Brawijaya sangat terbantu oleh kehadiran pihak rektorat. “Rektorat mempersiapkan banyak hal, seperti terkait vendor. Kita (panitia) hanya mempersiapkan terkait mabanya, seperti atribut. Itu juga dengan persetujuan rektorat,” tandasnya.

Resah MABA terhadap Pelaksanaan RAJA Brawijaya

Pelaksanaan RAJA Brawijaya dengan mekanisme blended menimbulkan berbagai tanggapan dari mahasiswa baru. “Mengikuti RAJA Brawijaya adalah salah satu pengalaman yang seru meski terdapat keterlambatan beberapa info, namun saya tidak kaget karena dari SMA sudah terbiasa dengan itu,” ungkap Aditya Bagaswara, salah satu mahasiswa baru dari Fakultas Teknik ketika ditemui Awak DIANNS.

Tanggapan lain disampaikan oleh Alidia Puspitasari, mahasiswa baru dari PSDKU Kediri yang bertandang ke Malang untuk mengikuti RAJA Brawijaya secara luring. “Lain kali ketika memberi info, jangan terlalu mendadak, karena belum tentu keseluruhan ngecek lagi (website RAJA Brawijaya).” ujar Alidia terkait keterlambatan dan perubahan informasi perlengkapan PKKMB serta pembagian kelompok atas mekanisme pelaksanaan RAJA Brawijaya.

Salsabila Davina Siska, Adriani Shakira, dan Gracia A., tiga mahasiswa baru dari Fakultas Ilmu Budaya juga menyampaikan pendapat. “Mengikuti RAJA Brawijaya itu seru, tapi karena ada keterlambatan info jadi serba mendadak, peraturan yang berubah, udah print (nametag) tapi berubah lagi, apalagi kami yang bukan dari Malang jadi mendadak, susah, dan bingung.” jelas ketiganya.

Para mahasiswi baru ini berharap untuk kedepannya, panitia RAJA Brawijaya dapat lebih mempersiapkan dan meningkatkan lagi koordinasinya. “Nanti lebih diperbaiki lagi schedule-nya, persiapannya juga. Kami yang bukan dari Malang jadi pusing mau ke Malang kapan. Pembagian cluster juga telat baru dikasih tahu mendadak, koordinasi antar panitia minta tolong ditingkatkan, antara satu dengan lainnya beda jawaban.”

Menanggapi hal tersebut, Putri Kusuma Dewi selaku Waketupel RAJA Brawijaya mengungkapkan tanggapannya pada Awak DIANNS. “Untuk perubahan-perubahan itu sebenarnya kondisional ya. Contohnya ternyata maba luring itu disuruh bawa kresek untuk duduk di lapangan, karena ternyata H-3 H-2 itu hujan. Jadi perubahan itu hasil diskusi kita dengan rektorat.”

Penulis: Benediktus Brian dan Ilham Laila

Editor: Farras Nabilah Kesuma

Foto: Tim Liputan LPM DIANNS