Reporter: Dika Widiananta dan Khoiruddin Dwi Andriansyah
Malang, dianns.org – Kamis, 2 Mei 2019 menepati peringatan Hari Pendidikan Nasional , telah diadakan aksi yang berlokasi di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya (UB). Aksi yang dilakukan oleh Aliansi Brawijaya Menggugat Jilid III tersebut berlangsung pada pukul 10.30 WIB. Dalam aksinya, Aliansi Brawijaya Menggugat Jilid III membawa tiga isu pendidikan diantaranya isu umum, isu khusus UB kampus 3, dan isu Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Isu yang paling penting pada aksi kali ini yaitu isu umum yang terdapat empat tuntutan didalamnya, yaitu menuntut pemberlakuan kebijakan penurunan dan penundaan Uang Kuliah Tunggal (UKT) khususnya untuk mahasiswa baru, menuntut transparansi penentuan golongan UKT dan penggunaan UKT, meningkatkan infrastruktur pelayanan pendidikan, dan menolak pemungutan dana diluar UKT. Semua tuntutan yang dibawa pada aksi kali ini telah disepakati oleh seluruh anggota Aliansi Brawijaya Menggugat Jilid III.
Sama seperti tahun sebelumnya, Aliansi Brawijaya Menggugat Jilid III terdiri dari Eksekutif Mahasiswa (EM), beberapa perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM), perwakilan Eksekutif Keluarga Mahasiswa (EKM) UB kampus 3 Kediri, Komite Pendidikan (KP), serta perwakilan Vokasi UB. Masa aksi menyampaikan tuntutan dan negosiasi bersama pihak rektorat dengan diwakili oleh beberapa perwakilan aliansi. Sedikit terjadi kendala saat perwakilan aliansi akan bertemu dengan pihak rektorat, yaitu pihak rektor, wakil rektor (WR) 1, dan WR 4 tidak bisa menemui massa aksi yang telah berada di Gedung Rektorat UB tanpa alasan yang jelas.
Salah satu peserta aksi yaitu Muhammad Arif, seorang mahasiswa Jurusan Administrasi Publik angkatan 2018 menuturkan bahwa aksi ini dilakukan seperti biasa, mahasiswa diberikan kebebasan untuk menyampaikan aspirasi serta pendapatnya. “Awalnya ya seperti biasa, setelah cukup lama wakil rektor bidang kemahasiswaan menemui teman-teman mahasiswa menegaskan jika segala tuntutan mahasiswa ini akan dijelaskan oleh WR 1, WR 4, serta rektor.” Ketiknya ketika di wawancarai awak LPM DIANNS via WhatsApp dikarenakan narasumber berhalangan untuk diwawancarai secara langsung.
Arif juga menegaskan bahwa para mahasiswa meminta rektor untuk menemui secara langsung mahasiswa yang tergabung di dalam massa aksi. “Kawan-kawan mahasiswa meminta agar rektor menemui mahasiswa secara langsung, permintaan tersebut tidak bisa terwujud dan hanya perwakilan dari para mahasiswa yang diberi surat undangan yang dapat menemui rektor di ruang sidang gedung rektorat sebagai negosiator,” jawabnya.
Arfian Adhitama mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) selaku negosiator aksi menjelaskan tentang adanya undangan dari pihak rektorat kepada Preiden EM, Presiden BEM masing-masing fakultas, dan Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa (Advokesma) pada pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.30 WIB untuk secara khusus membahas permasalahan UKT, namun pada akhirnya berbarengan dengan massa dari Aliansi Brawijaya Menggugat Jilid III. Pertemuan berada di lantai 8 Gedung Rektorat UB. Pihak rektorat yang menemui perwakilan aliansi di antaranya Nuhfil Hanani selaku Rektor, Gugus Irianto selaku WR 2, Abdul Hakim selaku WR 3, dan Moch. Sasmito Djati selaku WR 4. Sedangkan perwakilan dari aliansi yaitu Advokesma BEM dan EM, Presiden BEM, beberapa negosiator aksi, perwakilan EKM UB kampus 3, dan beberapa perwakilan pers kampus. Arfian menambahkan “tidak ada yang disepakati pada saat pertemuan dengan pihak rektorat, hanya jawaban normatif yang diberikan pihak rektorat. Kabar terbaru tentang PTN-BH yang diterima dari pihak rektorat bahwa UB telah mengajukan ke Ristek Dikti dan sudah ditinjau, namun tenyata masih ada yang perlu direvisi.” Arfian juga mengatakan bahwa permasalahan mendasar di UB saat ini adalah tata kelola PTN yang meliputi administratif dan pembiayaan.
Zafir Galang mahasiswa Fakultas Hukum selaku Korlap aksi menuturkan, “jika tuntutan tidak dipenuhi oleh pihak rektorat maka akan dirundingkan lagi dengan kawan-kawan aliansi, yang jelas setelah ada keputusan akan selalu di follow up agar tidak dilupakan.” Sebelumnya aksi Aliansi Brawijaya Menggugat Jilid III ini melakukan Long March dari Gazebo Raden Wijaya hingga titik akhir Gedung Rektorat Universitas Brawijaya.
Pada akhr wawancara, Arif pun merasa kecewa jika tuntutan-tuntutan yang di bawa itu tidak di penuhi oleh pihak rektorat. “Ya kalo saya pribadi merasa sangat kecewa, tentu tuntutan ini bukan hanya untuk menguntungkan diri sendiri tetapi orang banyak. Tetapi saya juga tidak begitu tahu respon yang disampaikan pihak rektorat terkait tuntutan tersebut.” Tulisnya via Whatsapp.
Fotografer: Dika Widiananta