Penulis: Joko Iwan
Pada tanggal 11 September 2001, dunia dikejutkan oleh runtuhnya gedung WTC (World Trade Center) setelah ditabrak oleh sebuah pesawat yang telah dibajak oleh sekelompok teroris yang menganggap aksinya tersebut sebagai sebuah jihad untuk agama Islam. Sejak saat itulah dunia mulai beranggapan bahwa Islam merupakan sebuah agama yang sarat akan kekerasan. Sehingga orang di dunia mengalami fobia terhadap agama islam, karena pandangan yang salah tersebut. Delapan tahun berlalu sejak kejadian tersebut, dibelahan bumi lainnya, tepatnya Wina, Austria. Disana tinggal sepasang suami istri yang merupakan tokoh utama di cerita ini. Sang suami, Rangga sedang menyelesaikan kuliah tahun kedua S3-nya sekaligus sebagai asisten dosen. Sementara sang istri Hanum mulai sibuk sebagai seorang wartawan di surat kabar gratis di kota itu, Heute ist Wunderbar. Di kantor surat kabar tersebut, Hanum dianggap sebagai salah satu wartawan terbaik karena dianggap telah berhasil melakukan berbagai tugas peliputannya dengan sangat baik.
Salah satunya, ketika dia berhasil mewawancarai Natascha Kampusch, seorang korban penculikan dimana wartawan dari media lainnya kesulitan untuk mewawancarainya. Hingga pada akhirnya, suatu ketika saat perusahaan surat kabar tersebut berada diambang kebangkrutan karena kurangnya laba dari surat kabar gratisnya. Pada akhirnya Getrud Robinson, sang pemimpin redaksi memberikan tugas pada Hanum untuk membuat sebuah artikel dengan topik: “Would the world be better without Islam?” Dan untuk itu dia akan ke New York, Amerika Serikat untuk menemui beberapa narasumber yang telah ditentukan.
Sementara itu Rangga, sang suami berinisiatif untuk membuat paper yang berjudul “The Power of Giving in Business” setelah membaca surat kabar yang diberikan oleh temannya. Disana terdapat artikel yang memuat tentang profil seorang filantropi bernama Phillipus Brown. Tertarik hal tersebut, dia meminta ijin pada Markus Reinhard, atasannya untuk pergi ke Washington DC untuk bertemu dengan Phillipus Brown dan membujuknya agar mau menjadi dosen tamu di seminar kampusnya tahun depan.
Malam keesokannya, mereka pun mulai membicarakan tentang tugas mereka masing-masing dan betapa terkejutnya ternyata mereka akan berangkat ke Amerika bersama-sama pada waktu yang bersamaan. Sesampainya mereka di New York, Hanum langsung melakukan tugasnya dan mewawanarai para narasumber yang telah diberikan oleh Getrud untuk ditemui. Namun, dia tak ingin menggunakan nama-nama dalam daftar tersebut dan ingin mencari sendiri narasumber yang lebih bisa dipercaya.
Rangga menyarankan, sebaiknya Hanum tetap menggunakan nama-nama yang telah direkomendasikan oleh Getrud, tapi Hanum tetap menolaknya karena dia menganggap bahwa apa yang direkomendasikan oleh Getrud tidak sesuai harapannya. Disaat Hanum sedang melakukan pencarian narasumber yang sesuai, ia terpisah dari suaminya saat terjadi demo dikawasan Ground Zero dan bertemu dengan Michael Jones, yang menolak pendirian masjid di kawasan Ground Zero karena istrinya, Anna adalah korban tragedi tersebut. Lalu dia juga bertemu Julia Collins/Azima Hussein, seorang kurator Museum 9/11 yang mencari kebenaran tentang kondisi terakhir suaminya, Ibrahim “Abee” Hussein yang menjadi korban dari runtuhnya WTC tersebut. Sementara Rangga yang sudah berada di Washington DC akhirnya berhasil menemui Phillipus Brown. Tak disangka, selama ini Phillipus Brown telah menyimpan sebuah rahasia besar yang akhirnya menjadikan dirinya seorang filantropi. Apa rahasia yang telah disimpan oleh Phillipus Brown? Dan apakah Hanum dan Rangga dapat bertemu kembali?
***
Novel Berjudul “ Bulan Terbelah di Langit Amerika ” merupakan lanjutan dari kisah novel sebelumnya yang berjudul “ 99 Cahaya di Langit Eropa ” yang telah difilmkan terlebih dahulu pada tahun 2013 lalu. Novel ini pun juga telah diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama pada tahun 2015. Disini kedua penulis kembali menceritakan pengalaman mereka selama berada di negeri orang. Kali ini petualangan mereka telah sampai di negara adidaya Amerika Serikat. Dengan mengunakan sudut pandang dari kedua penulis, buku ini membuat kalimat demi kalimat di dalam novel tersebut cukup membuat betah para pembaca yang menikmatinya. Di dalam novel ini juga dipaparkan beberapa fakta mencengangkan tentang hubungan Islam dengan negara Amerika Serikat itu sendiri yang jarang diketahui oleh masyarakat umum.
Kekurangan dari novel ini nyaris tidak ditemukan, hanya masalah pada porsi dari masing-masing penulis dalam menulis pengalamannya, dimana Hanum lebih banyak bercerita daripada Rangga dalam perjalanan di Amerika Serikat ini.