Penulis: Christine
(dahulu)
aku ingat, malam itu
kau mendinginkan tangan
dengan mimpi yang tak mampu
kau lihat dengan mata
terbuka.
kau paham tak harus
selalu membuat ibumu
menangis sambil menyuci dasi para om-om bergelar doktor
demi membayar dua lusin sks beserta isi perutmu.
atau adikmu yang rela
tak sekolah karena
harga kampus negeri sama dengan
dengan tiga kali upah bulanan
ibumu, tapi masih lebih murah
dari mimpimu menjadi
sarjana pertanian.
yah, tak ada jaminan beasiswa
bagi seluruh manusia sejenis kau
di negeri ini.
yah, memang hak mendapatkan
pendidikan itu hanya candaan
di mata hukum.
(sekarang)
di makammu, malam ini
aku selesai bercerita tentang
mimpiku yang sudah selamat
berkat nyawamu.
dan berdoa
semoga tidak ada nyawa
lagi untuk mensubsidi mimpi
banyak manusia sejenismu
di kampus lain.
amin.