Perempuanku
1943 Aku tak pernah hina seperti yang selalu kautuduhkan padaku. Ingin rasanya kusumpal mulutmu dengan serbet lusuh berlumuran muntahku. Tidakkah kau sekali saja mengerti? Oh, bukan mengerti. Itu masih terlalu jauh. Tidakkah sekali saja terlintas dipikiranmu tentangperilaku busukmu padaku? Kau terang-terangan menjarah harga diriku. Kau perlakukan aku tak ada harganya demi mengenyangkan nafsumu yang liar dan serakah ketika kukatakan tak mau. Manusia ataukah binatang kau itu sejatinya? Bahkan mungkin binatang lebih mulia daripada kau. Iblis pun mungkin lebih mulia daripada kau! Ketika aku meraung-raung kesakitan kau malah mengisap dalam-dalam puntung rokok yang menyala sambil tertawa riang menyaksikanku kesakitan. Aku ini si pesakitan. Tidakkah pernah kau melihatku sebagai manusia yang juga sama sepertimu? Mulanya berjam-jam. Aku menunggu sesuatu entah apapun itu menjemputku dan menjauhkanku dari tempat yang mulai kucurigai ini. Kemudian menjadi berhari-hari. Seorang berseragam mendekatiku yang gemetar di pojokan kamar. Perlahan dia menyentuh bibirku yang memucat. Kuhempaskan tangannya kemudian ia membalas lebih keras. Masih kucoba memberontak dan melindungi diriku yang kekuatannya tak sampai setengah dari kekuatan lelaki berseragam tadi. Ia malah balik menyerangku. Akupun tak berdaya dan menuruti kemauannya. Tolol. Sungguh tolol. Aku hanya mampu menggulirkan air mata. Lelaki berseragam sama silih berganti mendatangiku. Dari berhari-hari menjadi berbulan-bulan. Aku sekarang mengerti. Manusia-manusia berseragam yang tak berperikemanusiaan itu telah memperkerjakanku sebagai Jugun Ianfu, wanita jalangnya. Bah, masih mending dipekerjakan, tapi aku telah diperdayakan alias diperbudak alias diperbinatangkan. Apakah di luar...
Read More