Judul : Gadis Kretek
Sutradara : Ifa Isfansyah
Penulis : Ratih Kumala
Waktu Rilis : 2 November 2023
Produser : Shanty Harmayn
Pemeran : Jeng Yah (Dian Sastro), Purwanti (Sheila Dara), Arum (Putri Mario) Soeraya (Ario Bayu), Lebas (Arya Saloka), Seno (Ibnu Jamil),
Rukayah (Tissa Biani), dll
Sejatinya mimpi adalah hak bagi setiap pemiliknya. Namun, pernahkah kalian berpikir bagaimana jadinya apabila mimpi tersebut harus terbelenggu lantaran kamu terlahir sebagai seorang perempuan? Apakah saat ini perempuan sudah memiliki kebebasan dalam meraih mimpinya tanpa dihalangi oleh batasan-batasan yang ada? Jauh sebelum Negara Indonesia merdeka, gagasan mengenai emansipasi wanita untuk terciptanya kesempatan yang sama bagi seorang perempuan dengan laki-laki telah banyak disuarakan. Perempuan tidak semata mata tercipta untuk memenuhi kebutuhan dapur, sumur, dan kasur bagi laki – laki. Lebih dari itu, perempuan juga berhak untuk memiliki kesetaraan dengan laki-laki untuk terus berkembang dalam meraih mimpinya tanpa harus mengesampingkan kodratnya. Meskipun demikian, perempuan masih saja kerap menghadapi batasan-batasan dalam mewujudkan mimpinya. Seperti yang dihadapi oleh Jeng Yah, tokoh pada serial Gadis Kretek (2023). Ia harus melewati banyak sekat untuk memperjuangkan mimpinya karena adanya ketidaksamaan kesempatan bagi perempuan dan laki-laki.
Serial Gadis Kretek mengisahkan mengenai Dasiyah atau yang biasa disapa Jeng Yah, seorang perempuan yang lahir sebagai anak pertama dari pengusaha kretek pada era 1964. Kota M yang menjadi latar belakang tempat dari serial ini menggambarkan bisnis kretek yang menjamur di era itu, sehingga kerap kali ditemui berbagai persaingan dalam bisnis. Sebagai anak pertama, Jeng Yah turut serta membantu bisnis kretek milik bapaknya, yakni kretek Merdeka. Selain karena tanggung jawabnya sebagai anak pertama, Jeng Yah bergelut dalam dunia kretek karena kecintaannya. Baginya, dunia kretek menjadi nafas hidupnya. Intisari kretek terletak dalam sausnya, dan Jeng Yah bermimpi untuk menciptakan kretek dengan saus terbaik seperti yang dilakukan oleh bapaknya. Namun sayangnya, dalam dunia kretek
perempuan dilarang untuk menciptakan saus kretek. Terdapat pantangan yang mengatakan bahwa perempuan dilarang masuk ke dalam ruang pembuatan saus kretek karena akan menyebabkan rasa asam bagi saus kretek. Perempuan hanya diperbolehkan menjadi pelinting kretek saja.
Dalam persaingan bisnis, kretek Merdeka milik bapak Jeng Yah mengalami praktik kecurangan pasar hingga monopoli tembakau sebagai bahan baku. Terdapat rival bisnis yakni kretek Proklamasi yang menjiplak dari segi desain kemasan rokok bahkan hingga melakukan penyuapan kepada pemasok tembakau untuk mengirimkan tembakau campuran kepada pabrik kretek Merdeka. Sebagai orang yang memiliki kecintaan terhadap dunia kretek, Jeng Yah tentu saja mengetahui perbedaan tembakau tersebut dan menyadari adanya kecurangan pasar. Namun, ketika Jeng Yah melakukan protes terhadap pemasok tembakau, ia justru ditemui dengan sikap yang tidak mengenakan. Bagi pemasok tembakau, Jeng Yah dianggap ‘sok tahu’ karena pada saat itu perempuan dianggap tidak tahu menahu mengenai dunia kretek.
“Lagipula perempuan tahu apa soal kretek,” ucap Pak Budi, pemilik kios pemasok tembakau.
Melalui proses negosiasi yang baik, Jeng Yah berhasil mendapat kesepakatan berupa tawaran tembakau dengan kualitas baik dari Pak Budi yang akan di antarkan ke rumahnya. Kesepakatan tersebut rupanya tak berjalan mulus, lagi-lagi pasokan tembakau bukan kualitas baik seperti yang ditawarkan. Jeng Yah tentunya menanyakan hal tersebut kepada Pak Budi. Bukan jalan tengah yang ditemukan, melainkan justru kalimat kasar dari Pak Budi yang dilontarkan kepada Jeng Yah “Bisa apa penjual kretek tanpa penjual mbako (tembakau). Itu bukan urusanmu, urusanmu itu bersih-bersih rumah sama cari suami”
Popularitas kretek merdeka mulai menghadapi persaingan sengit dalam pasar. Jeng Yah menyadari bahwa kretek merdeka harus memiliki inovasi baru, terutama dalam menghadapi persoalan tembakau serta cita rasa saus kretek. Soeraya, salah satu pegawai pabrik kretek menawarkan bantuan untuk mengganti pemasok tembakau dari daerah utara melalui orang yang dikenalnya. Selain itu, ia juga turut membantu Jeng Yah untuk masuk ke dalam ruangan saus. Kebahagiaan menyelimuti Jeng Yah ketika berhasil masuk kedalam ruangan saus dan dapat meracik sausnya sendiri, meski tak ia harus menyelinap diam – diam. Baginya, ruang saus dapat mengantarkan aroma kehidupan yang dapat mengantarkannya pada dirinya yang sebenarnya. Jeng Yah berhasil menciptakan saus baru.
Belum lama kebahagiaannya terwujud, Jeng Yah mendapat kabar bahwa keluarganya menerima lamaran dari anak pemilik pabrik kretek Bukit Kelapa, yakni Seno Aji untuk mempersunting dirinya. Menurut kedua orang tuanya, lamaran tersebut merupakan hal baik bagi Jeng Yah serta bagi bisnis kretek Kelapa. Ia harus meninggalkan dunia kretek dan mulai belajar mengurus rumah tangga. Lagi-lagi perempuan kerap kali harus menghadapi pilihan untuk merelakan mimpinya sendiri.
“Sesungguhnya saat itu saya tahu apa yang saya inginkan, namun sejauh mana saya bisa dan boleh memilih pilihan saya sendiri. Sampai saat ini itu masih jadi pertanyaan besar”
Dengan keberanian besar, Jeng Yah menolak lamaran dari Seno Aji karena ia jatuh cinta pada Soeraya, salah satu pegawai pabrik kretek Merdeka. Pada saat itu, Jeng Yah merasa bahwa Soeraya lah laki–laki yang dapat mendukung mimpinya. Hal tersebut tentunya mendapat tentangan dari keluarga. Soeraya dipecat dan diusir dari rumah. Selama itu, Soeraya bekerja di pabrik kretek Merah milih dari partai Merah. Saat mengantar barang, Soeraya tak sengaja bertemu dengan bapak dari Jeng Yah. Ia meminta permohonan maaf serta menceritakan terkait mimpi-mimpi Jeng Yah, hingga akhirnya mereka mendapat persetujuan. Soeraya dapat kembali ke pabrik kretek Merdeka dan bersama dengan Jeng Yah, mereka berhasil meluncurkan kretek baru dengan nama kretek Gadis. Dimana kretek Gadis merupakan kretek dengan saus ciptaan dari Jeng Yah. Tentunya kretek Gadis mendapat respon positif dari masyarakat karena cita rasanya yang khas dengan bau mawar. Jeng Yah berhasil membuktikan bahwa perempuan juga dapat mewujudkan mimpinya sekaligus menampik pandangan mengenai perempuan yang tak pantas berada di dunia kretek. Dengan kesempatan yang sama, Jeng Yah membuktikan bahwa perempuan juga dapat berkarya. Namun sayangnya, tak berlangsung lama setelah mimpi itu terwujud, keluarga Jeng Yah mendadak ditangkap oleh ABRI. Kretek Merah yang pernah diterima oleh Soeraya ketika ia bertemu dengan orang yang membagikan secara sukarela diduga menjadi bukti keterkaitan mereka dengan partai Merah. Saat itu, dimana tahun 1965 berlangsung, kretek Merah diasosiasikan sebagai partai PKI yang mendapat dugaan sebagai dalang pembunuhan jasad ABRI di Lubang Buaya. Jeng Yah beserta bapaknya tertangkap, sedangkan Soeraya justru selamat.
Nasib naas menimpa Jeng Yah karena bapaknya berakhir meninggal, ia harus mendekam dibalik jeruji selama dua tahun hingga akhirnya ia mendapat pembebasan. Saat itu, ia merasa di titik kehancurannya. Satu satunya yang menguatkannya adalah ketika ia dapat bebas dan bertemu Soeraya untuk mewujudkan mimpinya dalam dunia kretek. Sebebas dari penjara, justru ia menemukan bahwa Soeraya telah bertunangan dengan anak pemilik pabrik kretek Proklamasi, serta mereka telah memproduksi rokok dengan saus ciptaan dari Jeng Yah. Saat itu, mimpi Jeng Yah tidak hanya sekedar pupus tapi juga dicuri.
Selama Jeng Yah mendekam dibalik jeruji, Ibu serta adiknya hidup dengan pertolongan Seno. Hingga akhirnya setelah Ibunya wafat, Jeng Yah memutuskan untuk menerima lamaran dari Seno. Seno juga turut mendukung mimpi Jeng Yah untuk menciptakan kreteknya sendiri, ia mendirikan ruangan di rumahnya untuk ruang saus serta memberikan seorang teman dalam meracik saus untuk Jeng Yah. Namun, kendala tak berhenti disitu saja, beberapa bulan setelah melangsungkan pernikahan Seno harus bertugas ke Irian dan dua minggu setelahnya Jeng Yah mendapat kabar bahwa Seno telah gugur dalam tugas . Saat itu bertepatan pula ketika Jeng Yah tengah mengandung dan beberapa tahun setelahnya Jeng Yah meninggal karena infeksi saluran pernafasan.
Pada era 2001, Lebas anak dari Soeraya dengan Purwati diperintahkan oleh bapaknya untuk mencari Jeng Yah. Namun, bukan Jeng Yah yang ia temui, ia justru menemukan fakta
bahwa pabrik rokok DR milik bapaknya yang telah berkembang pesat di ibu kota memiliki rasa serta khas yang sama dengan resep kretek yang diciptakan oleh Jeng Yah. Ia menyadari bahwa hal tersebut merupakan pencurian karya dan merupakan suatu kesalahan.
Serial berjumlah lima episode ini berhasil menciptakan penggambaran karakter yang kuat dalam tiap pemainnya. Terutama pada karakter Jeng Yah sebagai perempuan dengan watak tangguh, dimana ia tetap teguh ingin memperjuangkan mimpinya meskipun ia banyak mendapat diskriminasi karena ia seorang perempuan. Serial ini mengandung pesan bahwa setiap manusia berhak untuk bermimpi, terlepas dari gender serta budayanya. Meskipun adegan yang terdapat di serial tidak selengkap yang terdapat didalam buku, alur dari serial tersebut dapat dijelaskan dengan baik seperti latar belakang tahun yang tercantum pada serial. Serial ini juga masuk kedalam nominasi Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2023, serta nominasi Busan International Film Festival (BIFF) 2023. Di sisi lain, berkat tenarnya serial ini Museum Kretek Kudus didapuk sebagai peraih nominasi Anugerah Purwakalagrha Indonesia (API) Museum Award 2023 Kategori Unik.
Penulis : Reza Rusti Anggraeni
Editor : Fitri Sabtika