Di pagi yang cerah ini aku sedang memasak nasi goreng untuk sarapanku dan kakakku. Biasanya sih yang masak Ibu dan aku cuma bantuin aja. Tapi hari ini Ayah dan Ibu harus berangkat keluar kota sejak dini hari tadi karena Ayah ada urusan pekerjaan selama beberapa hari di sana. Jadi mau nggak mau aku yang masak kali ini daripada nanti sakit perut karena harus makan masakan kakakku, hehe. Sebenernya kita bisa beli makanan diluar buat sarapan, tapi aku memilih masak sendiri agar lebih hemat dan uangnya bisa disimpen buat belanja online. Kalo urusan masak sih, skill-ku bisa dikatakan masih lumayan lah karena sering bantuin Ibu juga, apalagi resepnya bisa juga dilihat di internet.
Setelah selesai memasak, aku menyiapkan dua piring nasi goreng dan juga dua gelas susu ke atas meja makan. Di saat bersamaan, tiba-tiba kakakku datang dengan wajah yang kesal sambil ngomel-ngomel. Lalu aku langsung bertanya kepada kakakku dan dia menceritakan apa yang terjadi saat dia pergi jogging tadi.
“Kenapa mas? Dateng-dateng kok mukanya kesel gitu sambil ngomel-ngomel lagi,” tanyaku karena penasaran.
“Itu lho dek, aku tadi kan jogging keliling kompleks, nah terus aku tadi ngeliat ada mbak-mbak digodain sama anak kompleks sebelah. Ya emang sih mbaknya bajunya agak terbuka tapi kan ya jangan digodain gitu juga kali, itu kan namanya pelecehan seksual. Nah, terus pas aku tegur eh mereka malah bilang kalo itu salah mbaknya karena pake baju yang terbuka, ya jadinya mereka godain,” jelas kakakku.
“Tapi kan mas sendiri juga cowok, emang mas nggak tergoda juga gitu? Hehe,” tanyaku iseng.
“Wah parah kamu nih, sebandel-bandelnya mas nggak pernah ngelakuin kayak gitu. Mungkin sebagai cowok yang normal siapa sih yang nggak tergoda kalo ngeliat gituan, tapi mas masih punya batasan dan kontrol diri buat menahan diri mas biar nggak berbuat lebih. Dalam agama kita kan juga diajarin buat menjaga pandangan dengan lawan jenis. Sampe sekarang itu yang mas jadiin pegangan buat mengontrol diri,” jawabnya dengan nada yang agak kesal.
“Iya juga sih mas, bahkan minggu lalu aja temenku yang pake hijab syar’i aja juga digodain sama mereka. Berarti kalo gitu pakaian bukan jadi satu-satunya alasan kenapa pelecehan seksual bisa terjadi ya mas. Tapi ya tergantung dari diri orang itu sendiri, bagaimana cara dia untuk menahan diri biar nggak ngelakuin pelecehan tersebut,” balasku sambil menceritakan apa yang dialami oleh temanku minggu lalu.
“Nah makanya itu, kamu harus bisa jaga diri kamu. Karena kamu nggak tau gimana orang yang bakal kamu temuin di luar sana,” nasihat kakakku.
“Widiih keren banget masku satu ini,” jawabku sambil agak bercanda.
“Dibilangin serius juga, kalo dibilangin itu dengerin,” balas kakakku sedikit ketus.
“Iya, iya, aku dengerin kok, hehe. Makasih udah dinasihatin. Ya udah sekarang makan dulu nih nasi goreng spesial buatanku, gimana enak nggak?” tanyaku.
“Lumayan lah. Sejak kapan kamu bisa masak? Pasti nasi gorengnya beli nih, nggak percaya aku kalo kamu yang masak. Terakhir kali kamu masak rasanya asin banget kok ini lumayan enak yaa,” ledek kakakku sambil ketawa.
“Terserah lah mau percaya apa nggak. Mas nggak tau ya kalo tiap pagi aku sering bantuin Ibu masak? Ya udahlah aku mau mandi dulu ntar telat kuliahnya, abis makan jangan lupa piring sama gelasnya dicuci,” kataku kesal sambil beranjak dari meja makan.
“Yee gitu aja ngambek. Sorry, sorry, mas percaya kok kalo kamu yang masak. Canda dek,” balasnya masih sambil ketawa.
“Dah lah bodo amat,” balasku ketus.
Sore ini aku memutuskan untuk pergi ke supermarket untuk membeli beberapa keperluan, karena jarak yang tidak terlalu jauh aku memutuskan untuk berjalan kaki saja, sepulang dari sana aku bertemu dengan salah satu tetanggaku yang terkenal julid sekompleks, mau nggak mau aku menyapanya daripada nanti dijadikan bahan ghibah satu kompleks karena aku main lewat aja hehe.
“Mari Bu Maya,” sapaku dengan senyum seramah mungkin.
“Eh Mbak Kana, darimana Mbak?” tanyanya basa-basi.
“Itu dari supermarket bu, habis beli beberapa keperluan,” jawabku.
“Oh gitu, oh iya sekarang udah kuliah semester berapa Mbak?” tanyanya.
“Sekarang saya sudah semester 4, Bu,” balasku.
“Rencananya habis lulus mau ngapain Mbak?” tanyanya lagi.
“Setelah lulus saya mau lanjut S2 sambil kerja juga Bu,”balasku lagi.
“Mbak Kana kan cewek kalo menurut Ibu nggak perlu lah kuliah tinggi-tinggi. Nanti juga kan bakal ngurus rumah tangga juga, daripada nanti buang-buang uang aja,” jelasnya.
“Tapi kalau menurut saya Bu, tujuan dari kuliah bukan cuma buat nyari gelar aja. Kalau pun nanti menjadi ibu rumah tangga, seorang perempuan juga harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Karena meskipun mengurus anak terlihat sepele, tapi itu bukan hal yang mudah juga karena ibu adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Jangan sampai nanti salah mendidik anak karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Karena didikan yang diajarkan sejak kecil akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak hingga dewasa nanti,” jawabku panjang lebar.
“Jangan salah Mbak, meskipun Ibu cuma lulusan SMP tapi Ibu juga bisa ngurus rumah tangga dengan baik kok. Ya Mbaknya enak orang tuanya penghasilannya gede, sedangkan Ibu cuma ibu rumah tangga dan penghasilan suami Ibu juga nggak banyak. Makanya itu si Nita anak Ibu daripada harus kuliah tinggi-tinggi dan ngabisin uang mending Ibu nikahin aja sama anak Pak Narto. Orangnya tajir banget kemarin aja Ibu dibeliin emas sama mantu Ibu. Jadi si Nita nggak perlu lah capek-capek kerja biar suaminya aja yang kerja,” balasnya tak terima dan malah menceritakan tentang anaknya yang dinikahkan dengan anak orang kaya.
“Masalah uang Insyallah kalau memang ada niatan dan kesungguhan buat melanjutkan pendidikan pasti ada aja jalannya kok Bu. Sekarang juga banyak program bantuan dan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan bahkan tanpa dipungut biaya sedikitpun. Maaf sebelumnya kalau tidak salah Nita seumuran dengan saya ya Bu? Dulu sebelum menikahkan Nita apa Ibu pernah bertanya tentang keinginan dia Bu?” tanyaku karena penasaran.
“Dulu dia punya cita-cita buat jadi perawat, lulus SMA dia pingin masuk sekolah keperawatan. Tapi karena Ibu nggak ada biaya ya nggak Ibu bolehin, terus di saat yang sama anak Pak Narto datang buat ngelamar Nita. Jadi daripada nanti ngabisin uang dan ujung-ujungnya dia jadi Ibu rumah tangga ya mending Ibu nikahin aja dia. Kalo Mbak sendiri kapan mau nikah?” jawabnya dengan santai tanpa rasa bersalah dan menanyakan sesuatu yang cukup mengejutkanku.
“Kalau dalam waktu dekat saya masih belum kepikiran kesana dulu Bu. Saya masih mau fokus sama pendidikan sama pingin kerja dulu buat mewujudkan impian saya. Nanti kalau saya sudah siap baik secara mental dan finansial baru saya mau nikah,” jawabku.
“Mimpinya jangan ketinggian Mbak. Apalagi Mbak perempuan, kodratnya ya dibawah laki-laki nanti kalo nggak terwujud jatuhnya sakit lho. Oh iya jangan lama-lama ya Mbak, nanti keburu jadi perawan tua nggak ada yang mau lho, Nita aja sekarang anaknya udah dua,” katanya dengan nada mengejek.
‘Wah bener-bener nih ibu-ibu omongannya nyelekit banget, mau ngelawan dosa dibiarin lama-lama juga makin ngelunjak, sabar Kana sabar, orang sabar disayang Tuhan’ kataku dalam hati dengan cukup kesal karena perkataan Bu Maya.
“Setiap orang pasti punya impian yang pingin diwujudkan Bu. Kayak saya dan Nita juga punya impian, namun bedanya saya masih ada kesempatan buat mewujudkan impian saya sedangkan Nita impiannya harus kandas karena menuruti permintaan Ibu. Masalah jodoh sudah diatur sama Tuhan, Bu. Kalau seseorang sudah ditakdirkan buat jadi jodoh kita ya nggak akan kemana Bu. Selain itu kalau menurut saya nikah itu bukan masalah siapa yang cepat, tapi di waktu yang tepat,” balasku dengan cukup kesal namun masih berusaha untuk menahan diri sambil menarik nafas biar nggak kelepasan.
Setelah cukup lama berbincang dengan Bu Maya, daripada aku lanjutin untuk ngeladenin omongannya yang cukup nyelekit dan daripada aku emosi karena nggak bisa menahan diri, maka aku memutuskan untuk pamit dan menyudahi obrolan ini. Di samping itu aku juga harus menyiapkan makan malam dan sebentar lagi kakakku juga pulang kerja. Rasanya aku nggak sabar untuk segera bertemu dengan kakakku untuk menceritakan semua uneg-unegku.
Setelah selesai makan malam, aku dan kakakku memustuskan untuk bersantai di ruang keluarga sambil makan beberapa camilan yang aku beli sore tadi. Kakakku membawa laptop kesayangannya untuk mengecek lagi pekerjaannya sedangkan aku menonton film kesukaanku. Tiba-tiba aku teringat dengan kejadian tadi sore dan berniat untuk menceritakannya dengan kakakku.
“Mas aku mau nanya tipe calon istri mas nanti yang kayak gimana?” tanyaku tiba-tiba.
“Hah, tumben kamu tiba-tiba nanya ginian?” tanya kakakku balik karena kaget dengan apa yang aku tanyakan.
“Jawab aja dulu mas, nanti aku ceritain kenapa aku tanya itu,” balasku sambil berpindah duduk di sebelah kakakku.
“Kalo tipe mas yang paling penting agama dan akhlaknya baik, sholehah, punya latar belakang pendidikan yang bagus, bisa menghormati dan menghargai mas, sayang juga sama keluarga. Kalo masalah fisik sih semua perempuan itu cantik di mata orang yang tepat,” jawabnya.
“Kalo udah nikah nanti mas ngizinin istrinya buat kerja nggak?” tanyaku.
“Kalo mas sih nggak masalah kalo dia kerja, mungkin pekerjaan itu adalah apa yang menjadi impiannya dan proses dia untuk mencapai impian itu nggak gampang. Semua orang pasti punya impian, masak mas harus menghancurkan impiannya buat nikah sama mas? Asalkan dia bisa membagi waktu biar seimbang antara keluarga dan juga pekerjaannya itu nggak jadi masalah buat mas,” jawab kakkaku.
“Wiih keren banget jawabannya, semoga aku nanti bisa dapet seseorang yang punya pemikiran kayak mas,” balasku.
“Sekarang mas tanya ke kamu nanti kamu kalo udah nikah mau jadi Ibu rumah tangga apa wanita karir?” tanyanya
“Kalo kata Mbak Najwa Shihab gini mas ‘kenapa perempuan harus memilih sedangkan dia bisa untuk melakukan keduanya?’, aku terinspirasi sama kata-kata itu mas,” jawabku.
“Mantap nih jawabannya, ngomong-ngomong kamu ngapain sih dek tiba-tiba nanya ginian? Biasanya juga nggak pernah, apa jangan-jangan kamu takut kalo masmu tersayang ini nikah terus kamu nggak ada yang perhatiin lagi ya? Hayoo ngaku,” tanya masku.
“Apaan sih, nggak gitu mas jadi gini…..” aku menceritakan kejadian sore tadi kepada kakakku.
“Oh jadi gitu, udahlah nggak usah dipikirin lagi omongannya Bu Maya. Setiap orang punya pemikiran yang berbeda dek, kamu nggak bisa juga maksain pemikiran orang lain biar sama kayak kamu. Tapi apa yang dilakuin Bu Maya nggak bisa dibenerin juga sih, kasian juga Nitanya. Apalagi setauku suaminya itu kasar banget, dia sering mukulin istrinya karena katanya nggak bener ngurus rumah tangganya. Terus dia juga pernah kepergok selingkuh karena katanya istrinya udah nggak cantik kayak dulu,” cerita masku.
“Serius mas? Terus-terus?” tanyaku karena penasaran.
“Iya serius. Kemarin aku main ke rumah temenku dan rumahnya sebelahan sama rumah Nita dan suaminya, kata temenku mereka sering banget berantem. Apalagi pas kerjaan rumah belum beres. Bukannya dia bantuin malah marahin istrinya padahal istrinya lagi sibuk ngurus anak,” tambah kakakku.
“Kalo gitu kenapa nggak cerai aja sih?” tanyaku lagi.
“Ya mungkin ada alasan kenapa dia tetap bertahan. Nitanya juga kan nggak punya pekerjaan, kalo mereka pisah gimana dengan anak-anaknya? Udah-udah kenapa jadi ngurusin rumah tangga orang sih, malah ghibah dosa tau,” kata kakakku.
“Lah kan mas yang mulai, aku kan cuma ikut-ikutan aja,” kataku sambil ketawa.
“Iya juga ya, hehe. Semoga nanti kamu bisa dapetin seseorang yang bisa ngehargain dan sayang sama kamu ya dek. Kalo ada yang nyakitin kamu bilang ke mas, biar besoknya orang itu ilang dari dunia ini, haha. Udah malem nih tidur biar besok nggak kesiangan, katanya ada kelas pagi,” kata kakakku yang membuatku cukup terharu.
“Haha, iya, iya abis ini tidur kok, lagian udah ngantuk juga. Makasih mas buat malem ini makasih juga udah jadi kakak yang baik buat aku,” jawabku sambil beranjak menuju kamarku.
Hari ini banyak banget pelajaran yang aku dapat, masih banyak orang yang berfikir bahwa perempuan itu lemah, kodratnya berada di bawah laki-laki, perempuan harus seperti ini tidak boleh seperti itu. Padahal antara laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama tapi kenapa harus dibedakan. Nyatanya, banyak perempuan hebat di luar sana yang sudah membuktikan bahwa perempuan nggak selemah itu, perempuan juga bisa. Memang sih, semua itu tergantung dari cara berpikir dari masing-masing orang. Cukup sulit juga untuk merubah cara berfikir seseorang, apalagi memaksa seseorang untuk memiliki cara berfikir yang sama dengan kita. Oh iya, bertepatan dengan hari ini aku mau ngucapin Selamat Hari Perempuan Internasional untuk seluruh perempuan hebat di seluruh dunia.
Penulis: Syadza Qothrunnada
Editor: Nafa Dyas
Ilustrasi: Nisrina Salma