Category: Cerpen

MELANGKAH

Bandung, 26 Mei 2013 Hari ini di bawah sinaran mentari yang masih malu-malu menampakkan wujudnya, kulangkahkan kakiku bersama dengan hati yang menemui persimpangan. Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagiku dan mungkin teman-teman SMA-ku juga. Tepat hari ini, kami akan melangsungkan kegiatan Purnawiyata, begitulah kami menyebutnya. Acara seremonial yang dibuat untuk merayakan kelulusan bagi kami, kelas 12. Aku bahagia, tapi tak sepenuhnya. Ada tiga per empat perasaanku yang justru mengisyaratkan kalau aku tidak sepenuhnya hadir di sini. Tanpa kusadari, aku telah sampai di seberang gerbang sekolah. Perjalananku kini cukup membingungkan, di bawah rimbunnya pepohonan, lalu lalang ramainya kendaraan yang...

Read More

RUANG KOSONG YANG TAK PERNAH SEPI

Ruangan itu masih sama. Lengkap dengan segala perabotnya. Ranjang dengan kayu kenari yang menjadi rangkanya, masih utuh dan kuat meski warnanya kian memudar. Kasur dari kapuknya terselimuti rapi dengan kain biru bermotif sulur. Gulungan selimut terlihat rapi di atas bantal yang tertata di ujung kepala ranjang. Tepat di samping ranjang, di atas meja, Ibu meletakkan segelas air putih dan pisang goreng yang masih mengepul asapnya. Pemandangan ini terlihat setiap hari Sabtu dan Minggu olehku yang sedang duduk di meja makan menikmati sarapan. Sudah 25 tahun berlalu, Ibuku yang usianya sudah memasuki angka 70 itu tak pernah lekang seharipun, bahkan...

Read More

Kebodohanku

Hari itu, aku mengenakan kemeja coklat kotak-kotak dengan celana kulot hitam. Kerudung segi empat yang terus tertiup angin dan sepatu sneakers yang terus mengeluarkan suara ketika berjalan. Waktu itu, cuaca mendung berangin, intinya tidak bersahabat. Kugendong tas ransel kecil bercorak daun bombay. Sambil melahap bakpao khas Pak Sumirto, aku berjalan menuju fakultas yang tidak pernah kurindukan. Ketika selangkah dua langkah memasuki lingkungan fakultas, seseorang dengan kasarnya menepuk pundakku. “Anjink… sakit dodol,” keluhku, kemudian menatap orang itu. “Sendirian aja, bareng dong keatasnya,” ujarnya cengar cengir. Dia Fina, teman SD-ku yang entah kenapa takdir mempertemukan kita berdua di fakultas yang sama....

Read More

Mimpi Seorang Pelamun

Pagi ini angin bertiup begitu kencang. Meski udara dingin melesak menusuk tulang, namun tak menghentikan alarm kekhawatiran para mahasiswa baru dalam menyambut ritual ospek. Beruntung datang lebih awal, Renata meninjau suhu Kota Malang hari itu dari layar ponsel sambil meletukkan tulang. Gadis berambut pendek setengah ikal itu pun bergegas memasuki gerbang universitas sambil berlari kecil. Tangannya ia usap-usap untuk menghalau rasa dingin di tengah suhu 15 derajat. “Renata, belajar yang pintar ya supaya kamu bisa kerja mapan. Minimal jadi manager, lah” pesan sang ibu begitu terngiang di benak Renata. Bagai seekor ikan yang dipaksa terbang, Renata menggerutu dalam angan...

Read More