Reporter: M. Rizky Setiawan dan Melinda Cucut W.

Malang, dianns.org – Aksi damai yang digagas oleh Aliansi Mahasiswa Brawijaya untuk menuntut transparansi anggaran pengadaan jaket dan kaos mahasiswa angkatan 2015 kepada pihak rektorat Universitas Brawijaya (UB) belum usai. Aksi yang dilakukan pada Jumat pagi, 21 Oktober 2016 di depan gedung rektora belum mendapat penyelesaian hingga berita ini diturunkan. Hal ini dikarenakan pihak rektorat UB urung menepati janji untuk melakukan audiensi dengan massa. Pihak rektorat sempat menemui massa sebelum salat Jumat dan menyatakan siap melakukan komparasi data terkait pengadaan jaket dan kaos seusai salat Jumat. Namun, janji tersebut tak kunjung ditepati.

Sasmito Djati selaku Wakil Rektor (WR) IV sempat menyatakan siap menemui mahasiswa setelah salat Jumat untuk membahas permasalahan jaket dan kaos. Ia pun juga menyetujui adanya komparasi data anggaran pengadaan jaket dan kaos yang dimiliki massa dengan data milik rektorat. “Mau compare data ayok, saya siap anytime untuk membuka forum terkait permasalahan ini,” ujarnya pada Jumat siang. Namun kenyataan di lapangan berbicara lain, tak ada satu pun perwakilan rektorat yang membuka forum pembahasan anggaran tersebut.

Dari pantauan reporter DIANNS, aksi damai dimulai pada pukul 09.30 WIB yang diawali dengan longmarch ke seluruh fakultas di UB. Massa aksi sempat berhenti sejenak di depan guest house karena mendapat kabar perihal keberadaan Rektor UB, M. Bisri, di sana. Namun, dikarenakan rektor memiliki agenda lain, massa pun gagal menemuinya. Massa kembali bergerak menuju gedung rektorat UB sebagai titik pusat penyelenggaraan aksi.

Koordinator aksi, Selva Setiana, menyatakan aksi damai ini bertujuan untuk menuntut adanya transparansi anggaran terkait pengadaan jaket dan kaos angkatan 2015. ”Disini kita mempertanyakan mengapa sampai bisa jaket dan kaos angkatan 2015 belum dibagikan hingga kini,” tegas mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) 2016 tersebut. Lebih lanjut, Selva mengutarakan, berdasarkan hasil kajian dan diskusi bersama teman- teman aliansi ditemukan data dan fakta yang semakin menguatkan indikasi adanya ketidakberesan dalam pengelolaan anggaran jaket dan kaos UB ini sehingga pada akhirnya diputuskan untuk melakukan aksi.

Gede Satria Harinamanata yang turut ikut serta dalam aksi menyatakan, keikutsertaannya dalam aksi ini akibat kesimpangsiuran informasi mengenai pembagian jaket dan kaos. Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) angkatan 2015 yang belum menerima jaket dan kaos, Gede telah menanyakan alasan pihak universitas tak kunjung membagikan jaket dan kaos hingga tiga semester. “Sosialisasi mengenai kapan waktu pembagian kaos dan jaket juga tidak pernah dilakukan oleh universitas, sehingga tidak ada kepastian mengenai pemenuhan hak kami ini,” terangnya.

Berdasarkan data dari press release Aliansi Mahasiswa Brawijaya, terungkap bahwa selama hampir tiga tahun UB terlambat melakukan pengadaan jas almamater bagi mahasiswa baru. Selain itu, terdapat keanehan dalam laporan keuangan Universitas Brawijaya pada tahun 2015. Keanehan tersebut berbentuk penurunan nominal pendapatan jaket almamater yang pada tahun 2014 sebesar 958.565.210 rupiah menjadi hanya 4.400.000 rupiah saja pada tahun 2015. DIsinyalir, penurunan drastis ini diakibatkan oleh tidak adanya pembelian jaket almamater pada tahun 2015. Lebih lanjut, kegelisahan mahasiswa UB menyebabkan rektorat melakukan pengadaan 15.000 potong jaket dan kaos pada 14 Oktober 2016 untuk seluruh mahasiswa UB angkatan 2015 dan 2016. Namun, pengadaan tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan Rencana Umum Pengadaan (RUP) 2016.