Reporter: Nurhidayah Istiqomah dan Fadhila Isniana

Malang, dianns.org – Brawijaya Treasure menjadi tema Creator Fest (CF) tahun ini. Tema Brawijaya Treasure yang berarti Harta Karun Brawijaya ini memiliki makna bahwa Universitas Brawijaya (UB) sebenarnya memiliki harta karun yang terpendam. Acara yang diadakan pada tanggal 17-18 November 2015 di Samanta Krida (Sakri) UB ini memamerkan karya-karya Mahasiswa UB baik dalam bidang Teknik, Pekan Kreasi Mahasiswa (PKM), dan Seni.

Pameran karya mahasiswa yang diadakan oleh panitia CF ini bertujuan untuk mengapresiasi mahasiswa yang memiliki karya namun tidak terexpose dan kurang diketahui mahasiswa yang lain. Hal ini diungkapkan Rakiwana Gunawan, mahasiswa Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) selaku ketua pelaksana CF ketika diwawancarai DIANNS(18/11) di Sakri. Rakiwana Gunawan atau akrab disapa Raki mengungkapkan selain untuk mengapresiasi karya mahasiswa UB, acara CF juga memiliki tujuan untuk mengenalkan karya-karya mahasiswa UB kepada publik serta memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terus berkarya. Brawijaya punya loh harta karun yang terpendam. Walau sudah diakui oleh publik, tetapi kita sebagai mahasiswa UB sendiri justru jarang yang mengetahui karya tersebut. Jadi kita mengapresiasi karya mahasiswa dalam acara ini,ungkap Raki.

Salah satu karya yang paling banyak diminati oleh para pengunjung adalah karya seni dari Desain Brawijaya. Karya yang terbuat dari bahan recycle ini diolah menjadi karya seni yang memiliki nilai estetika yang bagus sehingga menjadi daya tarik para pengunjung dalam acara ini. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu pengunjung dari Fakultas Periakanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) bahwa Karya yang paling menarik adalah karya dari Desain Brawijaya. Mereka  mampu mengolah barang bekas menjadi barang yang bernilai estetika.Karya dari Desain Brawijaya menjadi karya yang paling banyak mendapatkan vote dari pengunjung dalam bidang seni. Karya yang mendapatkan jumlah voting terbanyak dari para pengunjung diberi penghargaan oleh pihak panitia. Penghargaan yang diberikan berupa apresiasi karya terbaik tanpa adanya kelipatan nominal. Menurut Raki, suatu karya tidak bisa dibanding-bandingkan dengan karya lain karena mereka  memiliki nilai tersendiri.

Acara Creator Fest kali ini merupakan acara yang kedua kalinya diselenggarakan di Universitas Brawijaya. Meski tidak jauh berbeda dengan tahun lalu yang mengusung apresiasi karya mahasiswa, namun acara CF kali ini dinilai lebih besar. Creator Fest tahun kemarin masih sedikit berantakan karena tidak ada pemisahan antara seni dengan techno, sehingga di tahun ini kita coba klasifikasikan menjadi karya teknik, LKM, dan juga seni. Untuk tahun ini kita juga bekerja sama dengan LKI. Kemarin sudah ada dua investor yang datang untuk mendukung acara kami,kata Raki.

Meski demikian, bukan berarti acara ini tanpa kendala. Raki mengaku bahwa terdapat kendala dalam pengumpulan karya untuk dipamerkan di acara Creator Fest. Stand yang pada hari pertama penuh justru terlihat sedikit berkurang di hari kedua. Hal ini dikarenakan masih kurangnya minat mahasiswa untuk memamerkan hasil karyanya dalam CF. Menurut Zainy selaku Ketua Sanggar Seni Angklung Kirana Kampung Cempluk yang dipanggil oleh panitia Creator Fest untuk tampil dalam acara Closing Cretor Fest, kemasan yang ditampilkan oleh acara creator fest harus diperbaiki lagi. Konsep dari acara Creator Fest harus lebih diperjelas ranahnya kemana, apakah lebih mengenalkan seni atau iptek. Jika ingin menyatukan keduanya, butuh konsep yang lebih detail untuk menyatukan keduanya, terang  Zainy.