Reporter: Nurhidayah Istiqomah dan M. Fakhrul Izzati

Malang, dianns.org – Permasalahan pengadaan jaket dan kaos mahasiswa baru (maba) Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2015 yang mengalami keterlambatan sampai saat ini belum terselesaikan. Keterlambatan ini diduga terjadi karena kesalahan teknis dari bagian administrasi dan pengadaan. Sampai saat ini, status jaket dan kaos untuk mahasiswa 2015 masih dalam proses persiapan lelang tender. Kesalahan ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada distribusi jaket dan kaos untuk maba angkatan 2016.

M. Zahid selaku Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) UB memaparkan bahwa memang terjadi kesalahan teknis dalam memilih tender jaket maupun kaos mahasiswa baru yang dilakukan oleh bagian pengadaan. “Saat kita konfirmasi ke rektor terkait keterlambatan jaket dan kaos, rektorat mengatakan bahwa terjadi kesalahan teknis pada bagian administrasi dan bagian pengadaan dalam melakukan tender-tender jaket dan kaos maba UB,” ungkap Zahid. Selain kesalahan teknis, keterlambatan yang terjadi selama tiga tahun belakangan ini disebabkan karena perbedaan sistem dalam pendataan ukuran kaos, jaket, dan almamater mahasiswa baru mulai tahun 2014 lalu.

Berlawanan dengan ungkapan Zahid, Sihabudin selaku Wakil Rektor II (WR II) UB saat ditemui reporter DIANNS di ruangannya memaparkan bahwa pengadaan jaket dan kaos mahasiswa telah ditiadakan sejak tahun 2015. Sihabudin menjelaskan bahwa tidak ada anggaran untuk jaket dan kaos bagi mahasiswa, sehingga memutuskan untuk menghapus pengadaan untuk mahasiswa reguler dan tetap untuk mahasiswa jalur mandiri. “Seingat saya, jaket dan kaos sudah ditiadakan karena lambannya kepala biro administrasi umum dan kepegawaian, tetapi hal ini bisa dikonfirmasi ulang ke bagian pengadaan. Untuk jaket dan kaos, sebenarnya dulu hanya untuk mahasiwa kelas mandiri dan meniadakan pengadaan jaket dan kaos untuk mahasiswa reguler,” ungkap Sihabudin.

Mananggapi pernyataan Sihabudin, Siti Marpuah selaku Kepala Sub Bagian (Kasubbag) pengadaan UB mengklarifikasi bahwa jaket dan kaos mahasiswa tetap diadakan namun dengan desain yang baru. Tetapi pihaknya belum bisa memprediksi kapan jaket dan kaos akan didistribusikan karena hingga saat ini jaket dan kaos masih dalam tahap persiapan pelelangan tender. Saat ditanya alasan keterlambatan tersebut, Siti tidak bisa memberikan kejelasan karena ia baru dilantik menjadi kasubag bulan Mei 2016 lalu. “Karena saya masih baru disini, unutk keterlambatannya seperti apa, mungkin yang bisa menjawab adalah pimpinan yang sebelumnya. tetapi biasanya keterlambatan ini dikarenakan mekanisme pelelangan yang harus dipersiapkan dengan matang dan hati-hati,” papar Siti.

Sebelumnya, Rizal Fadhil selaku menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (ADVOKESMA) EM UB, menjelaskan saat pendistribusian almamater mahasiwa 2015, Rizal mengaku terkejut karena yang dibagikan hanya jas tanpa jaket dan kaos. Hal ini menimbulkan pertanyaan baru dikarenakan pembagian tidak disertai jaket dan kaos UB. Rizal mengaku ada keteledoran dalam mencantumkan tabel pengisian ukuran, serta rektorat tidak menganggarkan untuk pengadaan jaket dan kaos. “Ada dua versi penyebab. Yang pertama ada keteledoran dalam pengisian tabel ukuran serta, yang kedua rektorat mengatakan tidak menganggarkan adanya jaket dan kaos.” Jelas Rizal.

Rizal menambahkan, EM terus melakukan follow up terkait permasalahan keterlambatan jaket dan kaos. “Apabila rektorat tidak menganggarkan, kita butuh transparansi. Berapa anggaran sebenaranya untuk jaket dan kaos. Akhirnya kita memfollow up dan terus menemui rektor dan bagian pengadaan. Lalu, rektorat mengadakan rapat pimpinan yang menghasilkan bahwa jaket dan kaos tetap diadakan tetapi dengan keterlambatan yang sangat jauh.” sambung Rizal. Terkait keterlambatan jaket dan kaos mahasiswa tahun 2015, Siti menjelaskan bahwa akan menggabungkan jaket dan kaos mahasiswa hingga angkatan 2017 untuk menghindari adanya keterlambatan lagi. “Berkaca dari pengadaan jaket dan kaos angkatan 2015 yang sangat terlambat, maka pengadaan jaket dan kaos untuk mahasiswa akan di gabung hingga angkatan 2017 dengan gaya dan desain yang baru.” ungkap siti.

Sementara itu, terkait sistem pengukuran yang berbeda dari tahun sebelumnya, saat ini, pengukuran kaos, jaket, maupun almamater di-input sendiri oleh mahasiswa pada saat pengisian biodata di Sistem Informasi Akademik Mahasiswa (SIAM) UB. Di tahun 2013, sistem yang di gunakan tidak demikian. Pihak universitas melakukan tender jauh hari dengan memukul rata semua ukuran pakaian sebelum masuknya mahasiswa baru tahun 2013. Sehingga mahasiswa baru saat itu langsung mendapatkan almamater, jaket, dan kaos setelah melakukan daftar ulang. Namun dari sistem ini muncul kelemahan dimana terdapat banyak mahasiswa yang terlambat mengambil pakaian mendapati ukuran yang tidak sesuai.

Selain itu, di sela-sela wawancara, Zahid menjelaskan bahwa perkembangan almamater untuk maba 2016 yang juga mengalami sedikit keterlambatan. “Saat ini sudah terkumpul sekitar 10 ribu almamater untuk maba tahun 2016 di Gedung Rektorat. Rencananya kalau sudah terkumpul sampai 16 ribu, baru akan di distribusikan ke tiap-tiap fakultas yang selanjutnya menjadi tanggung jawab fakultas untuk membagikannya ke maba,” jelas Zahid. Dengan sistem ini, tentu universitas memfokuskan untuk membuat almamater terlebih dahulu daripada jaket dan kaos untuk maba. “Saya juga mendapatkan info dari rektorat kalau untuk pembagian kaos dan jaket akan difokuskan ke maba tahun 2016 terlebih dahulu. Jadi tender akan dilaksanakan maksimal sampai akhir bulan September dimana di bulan November sudah bisa di distribusikan,” ujarnya. Namun, pihaknya masih belum memastikan apakah pihak tender menyanggupi untuk pembuatan 30 ribu pakaian untuk mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 atau tidak. “Jika mereka tidak bisa dan hanya menyanggupi 15 ribu pakaian, tentu saja itu untuk maba 2016,” pungkasnya.