Reporter: Ria Fitriani dan Hayu Primajaya
Malang, dianns.org – Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) kembali menggelar Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) pada Selasa, 21 November 2016. Pemilwa merupakan agenda rutin dari tahun ke tahun yang diadakan FIA UB untuk memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (Pres/Wapres BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Seperti sebuah tradisi, minimnya partisipasi mahasiswa dalam pemilihan calon presiden dan wakil presiden BEM serta DPM masih mewarnai pemilwa kali ini. Tak hanya itu, minimnya peserta yang mendaftar baik sebagai presiden dan wakil presiden BEM maupun DPM juga masih menjadi perhatian tersendiri.
Pihak Kestari Pemilwa FIA 2016 mencatat, hanya ada 1055 mahasiswa yang terdaftar sebagai daftar pemilih aktif (DPA) dari jumlah mahasiswa FIA yang masih aktif yaitu berkisar 6000 orang. Artinya, angka partisipasi pemilih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka golput, dengan perbandingan 1:5. Terkait minimnya mahasiswa yang berpartisipasi dalam Pemilwa FIA 2016, M. Firdam Ainun Najib selaku Ketua Pelaksana (Kapel) menyayangkan tingginya angka golput pada Pemilwa FIA yang terjadi dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, Firdam menuturkan, pertisipasi mahasiswa dalam Pemilwa FIA kali ini meningkat dibanding dengan tahun lalu meskipun tidak terlalu signifikan dengan dominasi pemilih dari Jurusan Administrasi Bisnis. “Partisipasi Pemilwa tahun ini memang masih banyak yang golput, tapi Alhamdulillah jumlahnya meningkat dari tahun lalu terutama dari jurusan Bisnis. Tapi saya akui memang partisipasi mahasiswa masihsangat jauh dari yang diharapkan,” ujarnya ketika ditemui awak DIANNS pada Senin malam di ruang penghitungan suara.
Tidak hanya minimnya partisipasi pemilih yang menjadi sorotan, namun jumlah pendaftar presiden dan wakil presiden BEM serta DPM yang juga sangat sedikit masih menjadi perhatian. Terdapat dua pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden BEM serta sepuluh calon DPM dalam Pemilwa FIA kali ini. Jumlah paslon presiden dan wakil presiden BEM FIA ini tidak mengalami peningkatan dari tahun Jumlah pendaftar calon DPM turun dari tahun lalu dari empat belas pendaftar menjadi sepuluh pada tahun ini dengan jumlah kursi DPM yang tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumya yaitu sembilan kursi. Artinya, hanya akan ada satu calon yang gagal menjadi anggota DPM FIA. Terkait hal ini, Firdam mengatakan, bahwa pihaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena baginya yang terpenting ialah kualitas dari calon yang bersangkutan, bukan seberapa banyak calon yang mendaftar. “Memang ada penurunan di DPM, bagi saya itu tidak masalah, tapi yang terpenting jumlah dari calon DPM 10 ini ialah kualitasnya, jangan sampai terlalu banyak DPM tapi kualitasnya kecil, tapi lebih baik kuantitasnya kecil tapi kualitasnya besar” ungkap Firdam.
Ia menjelaskan bahwa sebenarnya pihaknya telah melakukan antisipasi terhadap tingginya angka golput mengingat fenomena serupa telah terjadi dari tahun ke tahun. Upaya antsipasi tersebut antara lain mulai dari menggencarkan sosialisasi Pemilwa FIA 2016 baik secara langsung maupun melalui media social, diadakannya kampanye serentak, hingga membuat tampilan poster dan banner lebih kreatif untuk menarik perhatian mahasiswa. Di samping itu, meskipun tidak sedikit dana yang digelontorkan untuk menggelar Pemilwa FIA ini, namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil mahasiswa yang mau memanfaatkan sarana belajar berdemokrasi tersebut. Anggaran dalam Pemilwa FIA tahun ini menurut pemaparan Firdam lebih banyak terserap di bidang konsumsi panitia, dokumentasi, perlengkapan, serta pengadaan sertifikat.
Banyaknya jumlah golput dalam Pemilwa menimbulkan sebuah pertanyaan tentang sejauh mana urgensi Pemilwa bagi mahasiswa FIA. Pemilwa sendiri pada dasarnya merupakan suatu perhelatan yang penting karena dalam pemilwa, mahasiswa dapat memilih Presiden dan Wakil Presiden BEM serta DPM yang merupakan perwakilan dari mahasiswa FIA. Namun saat ditanya tentang mengapa memilih golput, salah satu mahasiswa beralasan tidak mengenal para calon karena kurangnya sosialisasi tentang visi misi mereka. “Saya tidak memilih karena saya memang belum mengenal calon yang ada. Sebenernya penting, menentukan siapa presidennya juga, itukan sebagai wakil dari mahasiswa juga, cuma harusnya ada kampanye untuk visi misi lebih ditingkatkan agar kita tau apa yang diajukan oleh kedua calon,” tutur Ilham Kusuma Admaja, mahasiswa prodi Administrasi Publik angkatan 2015.
Terlepas dari masalah minimnya partisipasi mahasiswa dalam perhelatan demokrasi di FIA, ada beberapa kendala dalam pelaksanaan Pemilwa FIA 2016. Sebagaimana yang diungkapkan Firdam, masalah tempat yang kurang luas dan nyaman dan proses pengajuan administrasi dalam hal pengajuan proposal ke dekanat yang berbelit menjadi keluhan panitia. Selain itu permasalahan pencairan dana yang masih terkendala juga dinilai merepotkan panitia pelaksana. “Anggaran dana yang diajukan ke dekenat di proposal itu sebesar 7,5 juta, tetapi yang cair baru 3 juta. Akibatnya, kami dari panitia harus menambal kekurangan dana tersebut dengan melakukan iuran dari dana pribadi,” keluh mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Publik angkatan tahun 2015 tersebut.