Reporter : Rethiya Astari dan M. Fahkrul Izzati

Malang, dianns.org – Salah satu agenda master plan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) diwujudkan dalam bentuk pembangunan gedung baru setinggi 12 lantai. Bambang Supriyono selaku Dekan FIA menyatakan kepada DIANNS pada Jumat, 19 Februari 2016 lalu bahwa pembangunan gedung baru tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tata ruang dan keserasian lingkungan FIA. Namun di tengah pembangunan infrastruktur yang semakin pesat, rasio nisbi atau angka perbandingan ideal antara dosen dengan mahasiswa saat ini masih belum tercapai.

Rencananya, pembagian ruang dalam gedung baru terdiri dari basement di lantai paling dasar yang akan dijadikan sebagai lahan parkir dengan daya tampung kurang lebih 30 mobil dan 150 motor. Selanjutnya, di lantai satu akan digunakan sebagai student facilities, diantaranya terdiri dari; 10 slot kantin, minimarket, bookstore, dan fasilitas perbankan. Kemudian dilantai 2 sampai 6 akan digunakan sebagai ruang perkuliahan, dimana masing–masing lantai terdiri atas 10 kelas. Dua lantai selanjutnya akan digunakan untuk laboratorium dan pusat studi pembelajaran.  Kedepannya, akan ada electronic  bussiness laboratorium untuk Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dan elektronic gorvernment untuk Jurusan Ilmu Administrasi Publik. Sedangkan untuk 4 lantai lainnya akan digunakan sebagai theater class dan pusat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Menurut penuturan dekan, saat ini pembangunan gedung baru tersebut sedang dalam tahap pengajuan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia berujar, gedung baru yang sekarang masih setengah jalan akan segera dirampungkan jika dana tersebut sudah diperoleh. “Harapan kami kalau dapat APBN, kami dapat melakukan finishing sampai selesai, ” ujar Bambang Supriyono. Ia menambahkan, kedepannya FIA hanya memiliki 4 buah gedung, yaitu gedung A, gedung B, gedung C, dan gedung baru tersebut. Gedung lainnya seperti gedung G dan F akan dirubuhkan untuk keperluan green area yang nantinya di kawasan tersebut akan di bangun sebuah musium.  “Ya, jadi nanti di tengah-tengah green area itu kita buat Administration Museum,” tutur Bambang.

Di tengah pembangunan infrastruktur yang sedang gencar dilakukan, pembangunan suprastruktur masih realatif tertinggal. Salah satunya tercermin dari rasio nisbi dosen-mahasiswa yang belum ideal. Sebagaimana yang termaktub dalam Surat Edaran Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Nomor 1915/E.E2.3/KL/2015, angka perbandingan ideal untuk mahasisawa dan dosen telah diatur berdasarkan bidang kelimuannya. Dalam surat edaran tersebut, untuk program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) rasio nisbinya ialah 1:30. Sedangkan untuk program studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu 1:45. Rasio nisbi antara dosen dan mahasiswa yang dimaksudkan dalam surat edaran tersebut adalah rasio total perbandingan dosen terhadap mahasiswa pada tiap program studi. Artinya jika dalam satu kelas di FIA terdapat seorang dosen yang mengajar, jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah di kelas tersebut maksimal berjumlah 45 orang.

Berdasarkan data yang diperoleh DIANNS  dari Pusat Informasi, Dokumentasi, dan Keluhan (PIDK) UB, FIA menempati urutan pertama sebagai fakultas dengan jumlah mahasiswa terbanyak. Pada tahun 2016, jumlah mahasiswa aktif di FIA sebesar 6779 dari total 64.031 mahasiswa aktif (termasuk vokasi dan program pascasarjana) di UB. Sedangkan jumlah dosen di FIA berdasarkan data yang berhasil dihimpun DANNS dari Sub Bagian Kepegawaian ialah sebanyak 148 dosen. Jumlah tersebut kemudian terbagi atas 2 jurusan yaitu Jurusan Administrasi Bisnis (76 dosen) dan Jurusan Adminitrasi Publik (72 dosen). Sementara itu, dosen luar fakultas yang mengajar di Jurusan Ilmu Administrasi Publik FIA sebanyak 48 dosen. Sebanyak 19 dosen diantaranya mengajar di Jurusan Administrasi Publik, sedangkan sisanya mengajar di Jurusan Administrasi Bisnis.

Saat ditemui DIANNS pada 19 Februari 2016 silam, M. R. Khairul Muluk selaku Pembantu Dekan I (PD I) FIA UB membenarkan ketidakidealan rasio nisbi antara dosen dan mahasiswa di FIA. “Perlu diingat, secara total di FIA rasio dosen dan mahasiswa memang belum seimbang, tapi ada dalam batas toleransi,” ujarnya. Ia menambahkan, terkait dengan pelaksanaan tes wawancara dan tes tulis penerimaan pegawai (dosen) UB yang dilaksanakan pada tanggal 24–26 Februari 2016 di Gedung Olah Raga (GOR) Pertamina UB, FIA mengajukan permohonan atas kebutuhan dosen sekitar 20 orang. Permohonan tersebut ditujukan untuk memenuhi rasio nisbi dosen-mahasiswa di FIA. Namun untuk seleksi dosen itu sendiri, standar kompetensi dan jumlah dosen yang akan mengajar di FIA bukan ditentukan oleh fakultas melainkan universitas secara langsung.

Untuk memperbaiki rasio nisbi antara dosen dan mahasiswa, selain dengan menambah jumlah dosen tetap FIA, pihak dekanat melalui PD I menyatakan akan melakukan perbaikan jumlah mahasiswa. Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Publik tersebut berujar bahwa dengan jumlah fasilitas yang ada, FIA idealnya menerima 1000 – 1100 mahasiswa baru. Namun jumlah ideal tersebut juga harus diimbangi dengan penambahan jumlah dosen tetap FIA.

Di sisi lain, Bintan Prayunantyo, merasa bahwa kemajuan pembangunan suprastruktur FIA masih tertinggal jika dibandingkan dengan infrastrukturnya. “Iya memang kalau di lihat dari kasat mata, seperti orang awam gitu pasti beranggapan jika FIA ini megah sekali, sudah baik. Tapi kalau dilihat dari dalam, saya belum sependapat bahwa fia itu sudah baik, masih banyak permasalahan di dalamnya,” tutur mahasiswa minat khusus Bisnis Internasional angkatan 2013 tersebut. Selain itu,  ia juga mengakui adanya ketidakseimbangan antara jumlah dosen dengan mahasiswa yang ada. “Ya, yang sangat terasa itu perbandingan antara dosen dan mahasiswa yang tidak berimbang,” ujarnya saat ditemui DIANNS pada 23 Februari 2013 lalu.

Bintan menambahkan, sebaiknya dekanat bisa fokus terlebih dahulu terhadap permasalahan saat ini. “Dekanat melakukan pembangunan itu sudah bagus, selangkah lebih maju. Tapi sebaiknya pihak dekanat jangan terlalu fokus dengan pembangunan infrastruktur saja. Masih banyak aspek-aspek permasalahan di dalam yang belum tuntas seperti kualitas pendidikan. Karena itu semua akan berkaitan pada kualitas mahasiswa sendiri,” ujarnya.